".....orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram" (13:28) ".........(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna,kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih..(29:88-89)

Jumat, 13 Mei 2011

Penyakit-Penyakit Hati

Dan ketahuilah, bahwa kebaikan kebersihan dan keistiqamahan hati tidak akan bisa dicapai kecuali dengan membersihkannya dari berbagai penyakit dan melindunginya dari berbagai noda yang dapat merusaknya. Penyakit dan noda tersebut pada intinya ada lima macam dan semua itu merupakan sumber segala penyakit dan bencana. Barangsiapa yang selamat darinya, maka selamatlah ia.
“Maka jika anda selamat darinya, niscaya anda selamat dari bahaya besar,
jika tidak, maka aku tidak menjamin anda selamat”.
  • Penyakit pertama: Syirik (menyekutukan Allah), baik syirik kecil maupun besar. Syirik adalah kezhaliman yang sangat besar dan merupakan pokok segala kerusakan dan keburukan, hati bisa menjadi gelap, bahkan mati dan binasa karena syirik (menyekutukan Allah) itu.
    فَمَن يُرِدِ الله أَن يَهْدِيَهُ يَشْرَحْ صَدْرَهُ للإسلام وَمَن يُرِدْ أَن يُضِلَّهُ يَجْعَلْ صَدْرَهُ ضَيِّقاً حَرَجاً كَأَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِى السماء كذلك يَجْعَلُ الله الرجس عَلَى الذين يُؤْمِنُونَ
    “Barangsiapa yang Allah menghendaki kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki ke langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman.” (Al-An’am: 125).
Allah juga berfirman,
الذين ءَامَنُواْ وَلَمْ يَلْبِسُواْ إيمانهم بِظُلْمٍ أُوْلَئِكَ لَهُمُ الامن وَهُمْ مُّهْتَدُونَ
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur-adukkan iman mereka dengan kezhaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Al-An’am: 82).
Hanya orang-orang beriman yang benar-benar beriman dan tidak mencampuradukkan imannya dengan syirik sajalah yang mendapat keamanan dan petunjuk yang sempurna dari Allah Tuhan semesta alam, sebagaimana firman Allah subhanahu wata'aala,
سَنُلْقِى فِى قُلُوبِ الذين كَفَرُواْ الرعب بِمَآ أَشْرَكُواْ بالله مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سلطانا
“Akan Kami masukkan ke dalam hati orang-orang kafir rasa takut, disebabkan mereka mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah sendiri tidak menurunkan keterangan tentang itu.” (Ali Imran: 151).
Hati tidak akan bisa selamat dan tidak akan dapat baik kecuali dengan bertauhid kepada Allah semata. Sejauh kualitas ketulusan iman dan kemurnian keyakinan yang dimiliki seseorang, sejauh itu pulalah kelapangan dada dan kebersihan hati yang bisa ia raih.
Hati itu diciptakan agar mengenal Penciptanya, mencintai dan mengesakan-Nya, dan supaya Tuhan yang telah menciptakannya itu ia cintai melebihi segala sesuatu selain-Nya dan berharap hanya kepada-Nya semata. Jadi, kebersihan dan kelapangan hati itu terletak pada keberhasilannya di dalam meraih tujuan dari diciptakannya, yaitu mengenal Allah, mencintai dan mengagungkan-Nya. Dan kebinasaannya terletak pada hal yang sebaliknya. Maka tidak akan ada kebaikan dan kelapangan sama sekali bagi hati tanpa merealisasikan hal-hal tersebut. (Majmu’ Fatawa, 18/163)
  • Penyakit kedua: Melakukan bid’ah dan menyalahi sunnah Nabi shallallahu 'alahi wasallam. Bid’ah itu hanya akan menambah pelakunya semakin jauh dari Allah. Ia dapat merusak hati dan menghilangkan darinya apa saja yang berguna dan yang mensucikannya.
Sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk yang diajarkan oleh Nabi shallallahu 'alahi wasallam dan seburuk-buruk perkara adalah perkara-perkara yang diada-adakan. Dan setiap perkara yang diada-adakan (baru) itu adalah bid’ah dan setiap bid’ah itu sesat!
Apabila hati telah penuh dengan noda bid’ah maka ia menjadi gelap dan pandangannya pun menjadi kacau-balau, sehingga bagaimana mungkin ia akan mendapat keselamatan. Oleh karena itu, para ulama salaf sepakat dalam hal bahayanya bergaul dengan ahli bid’ah, karena pergaulan dengan mereka dapat menimbulkan kerusakan hati.
Al-Fudhail bin Iyadh radhiyallahu 'anhu berkata, “Barangsiapa bergaul dengan pelaku bid’ah, maka Allah menimpakan kebutaan baginya.” Maksudnya adalah kebutaan hati. Semoga Allah melindungi kita dari itu.

Senin, 09 Mei 2011

Amalan Ringan yang Akan Menghapus Dosa Kita

 وَأَنِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُمَتِّعْكُمْ مَتَاعًا حَسَنًا إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى وَيُؤْتِ كُلَّ ذِي فَضْلٍ فَضْلَهُ وَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ كَبِيرٍ

"...dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertobat kepada-Nya. (Jika kamu, mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberi kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa hari kiamat." (QS Hud (11):3)
Manusia sering melakukan kesalahan dan lupa. Karenanya wajar jika kita kadang-kadang melakukan dosa karena melanggar batas-batas yang telah ditetapkan Allah untuk kita. Jika tidak dihapus, dosa-dosa semacam itu akan semakin menumpuk dan bisa menghitamkan atau menutup hati kita.
Syukur alhamdulillaah, kita memiliki Allah yang sedemikian penyayang dan Maha Pengampun. Yang Allah pinta hanyalah kembalinya kita kepada-Nya setelah kita melakukan dosa. Mengakui kesalahan kita, meminta maaf atas kekhilafan kita,memohon ampunan atas dosa kita, itulah yang Allah pinta. Sebagai gantinya Allah akan mengampuni kita dan menghapus dosa-dosa kita, berapa pun banyaknya.

Kamis, 05 Mei 2011

Bahaya Dengki

Dengki merupakan salah satu penyakit hati yang mesti dihindari. Dari banyak referensi, dituliskan bahwa dengki merujuk kepada kebencian dan kemarahan yang timbul akibat perasaan cemburu atau iri hati yang amat sangat. Ia amat dekat (berhubungan) dengan unsur jahat, tidak berkenan, benci dan perasaan dendam yang terpendam.
Ada juga yang mendefinisikan dengki sebagai suatu perbuatan atau tindakan hati yang tidak senang melihat kesenangan (nikmat) orang lain serta berharap agar kesenangan (nikmat) orang lain akan hilang atau lenyap atau pun berpindah kepadanya.
Rasululloh SAW bersabda, “Janganlah kalian saling mendengki, saling menfitnah (untuk suatu persaingan yang tidak sehat), saling membenci, saling memusuhi dan jangan pula saling menelikung transaksi orang lain. Jadilah kalian hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim adalah saudara muslimnya yang lain, ia tidak menzhaliminya, tidak mempermalukannya, tidak mendustakannya dan tidak pula melecehkannya. Takwa tempatnya adalah di sini -seraya Nabi SAW menunjuk ke dadanya tiga kali. Telah pantas seseorang disebut melakukan kejahatan, karena ia melecehkan saudara muslimnya. Setiap muslim atas sesama muslim yang lain adalah haram darahnya, hartanya dan kehormatannya. ” (HR. Muslim dari Abu Hurairah ra)
ALLOH SWT berfirman:
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ  ....وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ 
Katakanlah, Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai sebuah dari kejahatan makhluk Nya,” kemudian Dia berfirman, “Dan dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki”. (AI Falaq(113): 1, 2 dan 5).
Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud bahwa Rasululloh SAW bersabda:
Ada tiga hal yang menjadi akar semua dosa. Jagalah dirimu dan waspadalah terhadap ketiganya. Waspadalah terhadap kesombongan, sebab kesombongan telah menjadikan iblis Inenolak bersujud kepada Adam. Waspadalah terhadap kerakusan, sebab kerakusan telah menyebabkan Adam memakan buah dari pohon terlarang. Dan jagalah dirimu dari dengki, sebab dengki telah menyebabkan salah seorang anak Adam membunuh saudaranya.” (HR Ibnu Asakir).

Dunia Hanya Sementara

Kehidupan di dunia hanyalah sebentar, tidak ada waktu untuk bermain-main dan bersenda gurau. Namun kebanyakan manusia malah terlena, sehingga lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bersenda guraua dan main-main. ALLOH SWT sudah nyatakan hal ini, Al An’aam(6):32

 وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَلَلدَّارُ الآخِرَةُ خَيْرٌ لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ أَفَلا تَعْقِلُونَ

,“Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?”  
Al ‘Ankabuut(29):64, 
وَمَا هَذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلا لَهْوٌ وَلَعِبٌ وَإِنَّ الدَّارَ الآخِرَةَ لَهِيَ الْحَيَوَانُ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ

“Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.” 
dan Muhammad(47):36,
إِنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَإِنْ تُؤْمِنُوا وَتَتَّقُوا يُؤْتِكُمْ أُجُورَكُمْ وَلا يَسْأَلْكُمْ أَمْوَالَكُمْ

“Sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau. Dan jika kamu beriman serta bertakwa, Allah akan memberikan pahala kepadamu dan Dia tidak akan meminta harta-hartamu.”
Layaknya seorang musafir yg sedang dalam perjalanan, dia berhenti sejenak di sebuah tempat untuk beristirahat seraya mengumpulkan bekal untuk persiapan perjalanan berikutnya. Namun, saya ulangi lagi, kebanyakan manusia menyangka tempat istirahat ini adalah tempat peristirahatan terakhir sehingga mereka tidak mempersiapkan bekal untuk kehidupan berikutnya.
ALLOH SWT juga mengingatkan di Al Hadiid(57):20, 

 اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الأمْوَالِ وَالأوْلادِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا وَفِي الآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلا مَتَاعُ الْغُرُورِ

“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.”
Dalam ayat tersebut, ALLOH SWT melukiskan kehidupan dunia sebagai kehidupan yg rendah, dengan maksud dan tujuan agar manusia tidak terlena dengan kehidupan yg semu. Manusia, selaku hamba ALLOH SWT, hendaknya memperbanyak ibadah, berbuat baik, bermanfaat bagi orang banyak, karena hal ini merupakan tindakan yg seharusnya diperbuat.
Gambaran kehidupan sekarang yg begitu banyak kesulitan merupakan realita dan bukti bahwa kehidupan dunia tidak perlu berlebihan.

Selasa, 03 Mei 2011

Kisah Ashabul Kahfi dalam Perspektif Imam Ali KW ra.

 Dalam surat al-Kahfi, Allah SWT menceritakan tiga kisah masa lalu, yaitu kisah Ashabul Kahfi, kisah pertemuan nabi Musa as dan nabi Khidzir as serta kisah Dzulqarnain. Kisah Ashabul Kahfi mendapat perhatian lebih dengan digunakan sebagai nama surat dimana terdapat tiga kisah tersebut. Hal ini tentu bukan kebetulan semata, tapi karena kisah Ashabul Kahfi, seperti juga kisah dalam al-Quran lainnya, bukan merupakan kisah semata, tapi juga terdapat banyak pelajaran (ibrah) didalamnya….
Ashabul Kahfi adalah nama sekelompok orang beriman yang hidup pada masa Raja Diqyanus di Romawi, beberapa ratus tahun sebelum diutusnya nabi Isa as. Mereka hidup ditengah masyarakat penyembah berhala dengan seorang raja yang dzalim. Ketika sang raja mengetahui ada sekelompok orang yang tidak menyembah berhala, maka sang raja marah lalu memanggil mereka dan memerintahkan mereka untuk mengikuti kepercayaan sang raja. Tapi Ashabul Kahfi menolak dan lari, dikejarlah mereka untuk dibunuh. Ketika mereka lari dari kejaran pasukan raja, sampailah mereka di mulut sebuah gua yang kemudian dipakai tempat persembunyian.
Dengan izin Allah mereka kemudian ditidurkan selama 309 tahun di dalam gua, dan dibangkitkan kembali ketika masyarakat dan raja mereka sudah berganti menjadi masyarakat dan raja yang beriman kepada Allah SWT (Ibnu Katsir; Tafsir al-Quran al-'Adzim; jilid:3 ; hal.67-71).
Berikut adalah kisah Ashabul Kahfi (Penghuni Gua) yang ditafsir secara jelas jalan ceritanya.....
Penulis kitab Fadha'ilul Khamsah Minas Shihahis Sittah (jilid II, halaman 291-300), mengetengahkan suatu riwayat yang dikutip dari kitab Qishashul Anbiya. Riwayat tersebut berkaitan dengan tafsir ayat 10 Surah Al-Kahfi:

إِذْ أَوَى الفِتْيَةُ إِلَى الْكَهْفِ فَقَالُوْا رَبَّنَا ءَاتِنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًا

 "(Ingatlah) tatkala pemuda-pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua lalu mereka berdo'a: "Wahai Tuhan kami berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)" (QS al-Kahfi:10)

Senin, 02 Mei 2011

Indahnya Menjadi Orang Mu'min (2)

  Perbuatan baik yang dicontohkan baginda rasul  adalah  lebih mengedepankan kepada kepentingan  akhirat daripada kepentingan sesaat, sehingga nilai ruh amaliahnya lebih bermakna .  Sesungguhnya perbuatan baik yang dilakukan oleh seorang muslim akan senantiasa bernilai akhirat karena didalam dada seorang muslim tertanam nilai tauhid kepada Alloh, keimanan,  dan iman adalah pokok nilai suatu amal.
Maka sikap seorang muslim dalam menghadapi hidup ini adalah :
1. Ditanamkan dalam diri dan perbuatannya bahwa apapun sikap dan tingkah lakunya harus bernilai penghambaan, ibadah  kepada Alloh, dengan cara memulai suatu pekerjaan  atas nama Alloh, memulai suatu kegiatan dengan hanya mengharap ridlo Nya, membersihkan niat dari syirik, menyekutukan Alloh, membersihkan hati dari penyakit-penyakit hati, ujub, riya takabbur, hasud, namimah, dll.
2. Senantiasa memuliakan orang tua, pada saat masih hidup hingga wafat.
Bagi seorang muslim kebahagiaan yang paling indah dirasakan adalah pada saat dia mampu membahagiakan mereka . Baginya  orang tua adalah sumber kehidupan di dunia yang patut dimuliakan keberadaannya, dari merekalah kita bisa seperti sekarang ini.
Alloh swt.  menempatkan posisi  ayah ibu kita  dengan kedudukan yang luar biasa mulianya . Posisinya berada pada urutan ke dua setelah pengabdian kepada Alloh  (QS.Bani Israil(17):23)  memberi arti bahwa akhlaq kita kepada orang tua benar-benar ditekankan dalam Islam. Islam mengajarkan  agar sikap kita kepada mereka ketika hidup:
    a.  tidak merendahkannya walau dengan    berkata “AH”
  1. Tidak menghardik mereka sehingga berakibat sakit hati keduanya.
  2. Selalu merendahkan diri kita dihadapan mereka , sehingga keduanya meresa termuliakan .
  3. Senantiasa berkata dengan penuh kemuliaan (Qaulan kariima)