".....orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram" (13:28) ".........(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna,kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih..(29:88-89)

Minggu, 20 Januari 2013

Konsep Rumah Tangga Seorang Muslim


Rumah tangga dalam konsep Islam adalah rumah tangga dalam rangka membangun keluarga sakinah, mawadah, dan warohmah. Dalam konteks ini berarti setiap suami istri berusaha untuk menggapai keluarga dimaksud. Sebagaimana hal ini tercantum dalam Al Qur’an surat Ar Rum (30) ayat 21:
وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ                                                                       
Artinya:   Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.  (Depag RI, 1989:644).

Dalam menjalani keluarga yang sakinah, mawadah, dan warahmah dibutuhkan sebuah kerjasama dan akhlak yang dimiliki antara suami isteri sesuai dengan hak dan kewajiban masing-masing. Salah satu faktor yang menunjang untuk menjalani rumah tangga sesuai dengan surat Ar-Rum ayat 21 yaitu terwujudnya wanita atau istri yang salehah.
Salah satu ciri dari wanita salehah adalah memahami tentang etika pergaulan yang diataranya berbicara, dan bertingkah laku. Akhlak adalah hal yang sangat penting, tanpa akhlah hubungan manusia tidak akan berjalan dengan harmonis. Menurut Mahmud Assayid (1990:64), bahwa “Akhlak merupakan pondasi (dasar) yang utama pembentukan pribadi manusia seutuhnya”.
Akhlak  merupakan salah satu pilar dalam ajaran agama Islam, karena dalam akhlak kita diajarkan bagaimana tata cara berhubungan dengan Allah SWT, dengan sesama dan alam semesta ini. Dalam konsep Islam, manusia diharapkan memiliki komitmen yang baik secara vertikal maupun horizontal.
Sehubungan dengan hal di atas, kesalehan seseorang bisa dilihat dari sejauhmana ia dapat mengimplementasikan diri sebagai hamba Allah dan makhluk sosial. Salah satu dari implementasi tersebut, terutama dalam hal ini bagi seorang wanita sebagaimana tersirat dalam AqlQur’an surat Al-Ahzab (21) ayat 32 sebagai berikut:

يَا نِسَاءَ النَّبِيِّ لَسْتُنَّ كَأَحَدٍ مِنَ النِّسَاءِ إِنِ اتَّقَيْتُنَّ فَلا تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَطْمَعَ الَّذِي فِي قَلْبِهِ مَرَضٌ وَقُلْنَ قَوْلا مَعْرُوفًا
Artinya : Hai isteri-isteri nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang baik

Ayat di atas, secara garis besar memberikan isyarat secara lebih umum kepada kita bahwa yang secara tekstual maupun secara kontekstual mengandung karakter isteri/wanita salehah. 

Selasa, 15 Januari 2013

Rasullullah Pemimpin Dambaan Umat

Rasululloh saw. membangun dunia dalam waktu kurang dari 23 tahun. Pada saat itu , wajah bumi demikian semrawutnya, sehingga yang salah menjadi rujukan, sementara kebenaran menjadi tabu. Rasululloh saw. berhasil mengembalikan kepada fitrahnya kembali. Yakni kebenaran harus menjadi pijakan dan kesalahan harus disingkirkan . Apa rahasia dibalik keberhasilan beliau ?... 
Kita mafhum, wajah dunia pra Islam, adalah wajah yang penuh dengan bopeng, buruk tingkah laku penghuninya, serta rusak akhlak para pemimpin dan rakyatnya....
Kemudian Rasululloh saw. hadir dengan segala kesahajaannya, dirubahnya bopeng dunia ini menjadi wajah yang indah, dimana para penghuninya selalu menebar senyum ketika bertemu, saling bertegur sapa jika berjumpa, berjabat tangan menjadi kebiasaan, sopan dalam pergaulan, santun dalam segala tingkah laku perbuatan...pada hal sebelumnya para penghuni dunia ini, penuh dengan kebencian bila tidak sepaham satu sama lain, saling dendam bila tak menemukan kata sepakat untuk berdamai, permusuhan antar suku menjadi tradisi, maksiat menjadi ta’biat, harta kekayaan menjadi dewa yang dipertuhankan, perbudakan merajalela, sehingga harga manusia jelata tak berarti sama sekali, dan anak perempuan adalah aib, sehingga  bergelimpangan mayat-mayat anak perempuan  tak berdosa......