".....orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram" (13:28) ".........(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna,kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih..(29:88-89)

Selasa, 06 Desember 2011

Riwayat Ringkas Para Pemimpin Idaman (KHULAFAUR RASYIDIN ( 11-40 H / 632-660 M)

Allah Swt telah berfirman menyeru Rasul saw :

فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ عَمَّا جَاءَكَ مِنَ الْحَقِّ
"Putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu." (QS. al-Maidah [5]: 48)

وَأَنِ احْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ وَاحْذَرْهُمْ أَنْ يَفْتِنُوكَ عَنْ بَعْضِ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ إِلَيْكَ
"Hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu".(QS. al-Maidah [5]: 49).

Khilafah Rasyidah atau yang kita kenal dengan Khulafaur Rasyidin atau para pengganti Rasulullah SAW yang jujur /benar merupakan pemimpin umat Islam setelah Nabi Muhammad SAW wafat, yaitu pada masa pemerintahan Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib, dimana sistem pemerintahan yang diterapkan adalah pemerintahan yang demokratis.
Nabi Muhammad SAW tidak meninggalkan wasiat tentang siapa yang akan menggantikan beliau sebagai pemimpin politik umat Islam setelah beliau wafat. Beliau nampaknya menyerahkan persoalan tersebut kepada kaum muslimin sendiri untuk menentukannya. Karena itulah, tidak lama setelah beliau wafat; belum lagi jenazahnya dimakamkan, sejumlah tokoh Muhajirin dan Anshar berkumpul di balai kota Bani Sa’idah, Madinah. Mereka memusyawarahkan siapa yang akan dipilih menjadi pemimpin. Musyawarah itu berjalan cukup alot karena masing-masing pihak, baik Muhajirin maupun Anshar, sama-sama merasa berhak menjadi pemimpin umat Islam. Namun, dengan semangat ukhuwah Islamiyah yang tinggi, akhirnya, Abu Bakar terpilih. Rupanya, semangat keagamaan Abu Bakar mendapat penghargaan yang tinggi dari umat Islam, sehingga masing-masing pihak menerima dan membaiatnya.
Diriwayatkan dari Nafi’, ia berkata : “Abdullah bin Umar telah berkata kepadaku : “aku mendengar Rasulullah saw pernah bersabda :

مَنْ خَلَعَ يَدًا مِنْ طَاعَةٍ لَقِيَ اللهَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لاَ حُجَّةً لَهُ وَ مَنْ مَاتَ وَ لَيْسَ فِيْ عُنُقِهِ بَيْعَةٌ مَاتَ مِيْتَةً جَاهِلِيَّةً

Siapa saja yang melepaskan tangan dari ketaatan, ia akan menjumpai Allah pada hari kiamat kelak tanpa memiliki hujah, dan siapa saja yang mati sedang di pundaknya tidak terdapat baiat, maka ia mati seperti kematian jahiliyah
(HR. Muslim)

Nabi saw telah mewajibkan kepada setiap muslim agar dipundaknya terdapat baiat. Beliau juga mensifati orang yang mati sedangkan di pundaknya tidak terdapat baiat bahwa ia mati seperti kematian jahiliyah. Baiat tidak akan terjadi setelah Rasulullah saw kecuali kepada Khalifah, bukan yang lain. Hadits tersebut mewajibkan adanya baiat di atas pundak setiap muslim. Yakni adanya Khalifah yang dengan eksistensinya itu terealisasi adanya baiat di atas pundak setiap muslim. Imam muslim meriwayatkan dari al-A’raj dari Abu Hurairah dari Nabi saw, Beliau pernah bersabda :

إِنَّمَا اْلإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَ يُتَّقَى بِهِ

Seorang imam tidak lain laksana perisai, dimana orang-orang akan berperang di belakangnya dan menjadikannya pelindung (HR. Muslim)

Imam Muslim telah meriwayatkan dari Abi Hazim, ia berkata : ” aku mengikuti mejelis Abu Hurairah selama lima tahun, dan aku mendengar ia menyampaikan hadits dari Nabi saw, Beliau pernah bersabda :

كَانَتْ بَنُو إِسْرَائِيلَ تَسُوسُهُمْ اْلأَنْبِيَاءُ كُلَّمَا هَلَكَ نَبِيٌّ خَلَفَهُ نَبِيٌّ وَإِنَّهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدِي وَسَتَكُونُ خُلَفَاءُ فَتَكْثُرُ، قَالُوا فَمَا تَأْمُرُنَا؟ قَالَ: فُوْا بِبَيْعَةِ اْلأَوَّلِ فَاْلأَوَّلِ أَعْطُوهُمْ حَقَّهُمْ فَإِنَّ اللهَ سَائِلُهُمْ عَمَّا اسْتَرْعَاهُمْ

Dahulu Bani Israel diurusi dan dipelihara oleh para nabi, setiap kali seorang nabi meninggal digantikan oleh nabi yang lain, dan sesungguhnya tidak ada nabi sesudahku, dan akan ada para Khalifah, dan mereka banyak, para sahabat bertanya : “lalu apa yang engkau perintahkan kepada kami?” Nabi bersabda : “penuhilah baiat yang pertama dan yang pertama, berikanlah kepada mereka hak mereka, dan sesungguhnya Allah akan meminta pertanggung-jawaban mereka atas apa yang mereka diminta untuk mengatur dan memeliharanya (HR. Muslim)

Oleh karena itu, Kepemimpinan itu wajib ada, baik secara syar’i ataupun secara ‘aqli. Adapun secara syar’i misalnya tersirat dari firman Allah tentang doa orang-orang yang selamat.
وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

“.....................................Dan jadikanlah kami sebagai imam (pemimpin) bagi orang-orang yang bertaqwa” [QS Al-Furqan(25) : 74].  Demikian pula firman Allah
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الأمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلا
 
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. 
[QS An-Nisaa (4)’ : 59]. 
Rasulullah saw bersabda dalam sebuah hadits yang sangat terkenal : “Setiap dari kalian adalah pemimpin, dan setiap dari kalian akan ditanya tentang kepemimpinannya”. Terdapat pula sebuah hadits yang menyatakan wajibnya menunjuk seorang pemimpin perjalanan diantara tiga orang yang melakukan suatu perjalanan. Adapun secara ‘aqli, suatu tatanan tanpa kepemimpinan pasti akan rusak dan porak poranda.

Kita merindukan kepemimpinan dalam Islam yang akan melindungi, bukan hanya umat tetapi tegaknya syariat Allah swt. Oleh karena itu, penulis menghimpun sekelumit riwayat dan perjuangan para pemimpin Islam yang telah menghiasi lembaran indah sejarah Islam, yang kita kenal dengan para khalifah yang jujur, adil, dan benar. Khulafaur Rasyidin.
Semoga penyusunan kisah singkat khulafaur rasyidin ini bermanfaat bagi kita semua. Amiin.



  1.  Abu Bakar Ash Shidiq ra. ( 11-13 H / 632-634 M)

Allah berfirman,
 
إِلا تَنْصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللَّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِينَ كَفَرُوا ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا فَأَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُ بِجُنُودٍ لَمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِينَ كَفَرُوا السُّفْلَى وَكَلِمَةُ اللَّهِ هِيَ الْعُلْيَا وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
“Jikalau tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Makkah) mengeluar-kannya
(dari Makkah) sedang dia salah seseorang dari dua orang ketika ke-duanya berada
dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya, ‘Janganlah berduka cita,
sesungguhnya Allah bersama kita”. (At-Taubah (9):40)

Sebagai pemimpin umat Islam setelah Rasul, Abu Bakar disebut Khalifah Rasulillah (Pengganti Rasul) yang dalam perkembangan selanjutnya disebut khalifah saja. Khalifah adalah pemimpin yang diangkat sesudah Nabi wafat untuk menggantikan beliau melanjutkan tugas-tugas sebagai pemimpin agama dan kepala pemerintahan.
Abu Bakar menjadi khalifah hanya dua tahun. Pada tahun 634 M ia meninggal dunia. Masa sesingkat itu habis untuk menyelesaikan persoalan dalam negeri terutama tantangan yang ditimbulkan oleh suku-suku bangsa Arab yang tidak mau tunduk lagi kepada pemerintah Madinah. Mereka menganggap bahwa perjanjian yang dibuat dengan Nabi Muhammad SAW, dengan sendirinya batal setelah Nabi wafat. Karena itu mereka menentang Abu Bakar. Karena sikap keras kepala dan penentangan mereka yang dapat membahayakan agama dan pemerintahan, Abu Bakar menyelesaikan persoalan ini dengan apa yang disebut Perang Riddah (perang melawan kemurtadan). Khalid ibn Al-Walid adalah jenderal yang banyak berjasa dalam Perang Riddah ini.
Nampaknya, kekuasaan yang dijalankan pada masa Khalifah Abu Bakar, sebagaimana pada masa Rasulullah, bersifat sentral; kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif terpusat di tangan khalifah. Selain menjalankan roda pemerintahan, Khalifah juga melaksanakan hukum. Meskipun demikian, seperti juga Nabi Muhammad SAW, Abu Bakar selalu mengajak sahabat-sahabat besarnya bermusyawarah.
Setelah menyelesaikan urusan perang dalam negeri, barulah Abu Bakar mengirim kekuatan ke luar Arabia. Khalid ibn Walid dikirim ke Iraq dan dapat menguasai al-Hirah di tahun 634 M. Ke Syria dikirim ekspedisi di bawah pimpinan empat jenderal yaitu Abu Ubaidah, Amr ibn ‘Ash, Yazid ibn Abi Sufyan dan Syurahbil. Sebelumnya pasukan dipimpin oleh Usamah yang masih berusia 18 tahun. Untuk memperkuat tentara ini, Khalid ibn Walid diperintahkan meninggalkan Irak, dan melalui gurun pasir yang jarang dijalani, ia sampai ke Syria.
Salah satu hal monumental pada era Abu Bakar ra adalah pengumpulan mushaf al Quran dari para sahabat-sahabat yang lain, yang dipimpin oleh Zaid bin Tsabit ra.

 Riwayat dan Kepahlawanan Abu Bakar ash Shidiq ra.

Nama Abu bakar ash-Shiddiq ra. sebenarnya adalah Abdullah bin Usman bin Amir bin Amru bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai bin Ghalib bin Fihr17 al-Qurasy at-Taimi. Bertemu nasabnya dengan Nabi saw pada kakeknya Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai. Dan ibunya adalah Ummu al-Khair Salma binti Shakhr bin Amir bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim.18 Berarti ayah dan ibunya berasal dari kabilah Bani Taim. Ayahnya diberi kuniyah (sebutan panggilan) Abu Quhafah. Dan pada masa jahiliyyah Abu Bakar ash-Shiddiq ra. digelari Atiq. Imam Thabari menye-butkan19 dari jalur Ibnu Luhai’ah bahwa anak-anak dari Abu Quhafah tiga orang, pertama Atiq (Abu Bakar), kedua Mu’taq dan ketiga Utaiq.
KARAKTER FISIK DAN AKHLAKNYA,
Abu Bakar adalah seorang yang bertubuh kurus, berkulit putih20. ‘ Aisyah menerangkan karakter bapaknya, “Beliau berkulit putih, kurus, tipis kedua pelipisnya, kecil pinggang (sehingga kainnya seialu turun dari pinggangnya), wajahnya seialu berkeringat, hitam matanya, berkening lebar, tidak bisa bersaja’ dan seialu mewarnai jenggotnya dengan memakai hinai maupun katam.”21 Begitulah karakter fisik beliau. Adapun akhlaknya, beliau terkenal dengan kebaikan, keberanian, kokoh pendirian, seialu memiliki ide-ide yang cemerlang dalam keadaan genting, banyak toleransi, penyabar memiliki azimah (keinginan keras), faqih, paling mengerti dengan garis keturunan Arab dan berita-berita mereka, sangat bertawakkal kepada Allah dan yakin dengan segala janjiNya, bersifat wara’ dan jauh dari segala syubhat, zuhud terhadap dunia, selalu mengharapkan apa-apa yang lebih baik di sisi Allah, serta lembut dan ramah, semoga Allah meridhainya. Akan diterang-kan kelak secara rinci hal-hal yang membuktikan sifat-sifat dan akhlaknya yang mulia ini.
KEISLAMANNYA,
Abu Bakar adalah lelaki yang pertama kali memeluk Islam, walaupun Khadijah lebih dahulu masuk Islam daripadanya, adapun dari golongan anak-anak, Ali yang pertama kali memeluk Islam, sementara Zaid bin Haritsah adalah yang pertama kali memeluk Islam dari golongan budak. Ternyata keislaman Abu Bakar ra. paling banyak membawa manfaat besar terhadap Islam dan kaum muslimin dibandingkan dengan keislaman selainnya, karena kedudukannya yang tinggi dan semangat serta kesungguhan-nya dalam berdakwah.22 Dengan keislamannya maka masuk mengikutinya tokoh-tokoh besar yang masyhur sepérti Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqqas, Usman bin Affan, Zubair bin Awwam, dan Talhah bin Ubaidil-lah ra
Di awal keislamannya beliau menginfakkan di jalan Allah apa yang dimilikinya sebanyak 40.000 dirham, beliau banyak memerdekakan budak-budak yang disiksa karena keislamannya di jalan Allah, seperti Bilal ra. Beliau selalu mengiringi Rasulullah saw. selama di Makkah, bahkan dialah yang mengiringi beliau ketika bersembunyi dalam gua dan dalam perjalanan hij-rah hingga sampai di kota Madinah. Di samping itu beliau mengikuti seluruh peperangan yang diikuti Rasulullah saw. baik perang Badar, Uhud, Khandaq, Penaklukan kota Makkah, Hunain maupun peperangan di Tabuk.
ISTRI-ISTRI DAN ANAK-ANAKNYA23
Abu Bakar pernah menikahi Qutailah binti Abd al-Uzza bin Abd bin As’ad pada masa Jahiliyyah dan dari pernikahan tersebut lahirlah Abdullah dan Asma’. Beliau juga menikahi Ummu Ruman binti Amir bin Uwaimir bin Zuhal bin Dahman dari Kinanah, dari pernikahan tersebut lahirlah Abdurrahman dan ‘Aisyah ra..
Beliau juga menikahi Asma’ binti Umais bin Ma’add bin Taim al- Khats’amiyyah, dan sebelumnya Asma’ diperisteri oleh Ja’far bin Abi Thalib. Dari hasil pernikahan ini lahirlah Muhammad bin Abu Bakar, dan kelahiran tersebut terjadi pada waktu haji Wada’ di Dzul Hulaifah. Beliau juga menikahi Habibah binti Kharijah bin Zaid bin Abi Zuhair dari Bani al-Haris bin al-Khazraj. Abu bakar pernah singgah di rumah Kharijah ketika beliau datang ke Madinah dan kemudian mempersunting putrinya, dan beliau masih terus berdiam dengannya di suatu tempat yang disebut dengan as-Sunuh 24 hingga Rasulullah saw. wafat dan beliau kemudian diangkat menjadi khalifah sepeninggal Rasulullah saw. Dari pernikahan tersebut lahirlah Ummu Kaltsum setelah
wafatnya Rasulullah saw.
BEBERAPA CONTOH KETELADANAN DAN KEUTAMAANNYA
Keutamaan Abu Bakar ash-Shiddiq ra. sangat banyak sekali dan telah dimuat dalam kitab-kitab sunnah, kitab tarajim (biografi para tokoh), maupun kitab-kitab tarikh, namun saya akan berusaha meringkas sesuai dengan yang telah disebutkan al-Hafizh Abdullah al-Bukhari dalam shahihnya yang termuat dalam Kitab Fadha’il Shahabat.25
1) Beliau Adalah Sahabat Rasulullah saw. di Gua Dan Ketika Hijrah
Allah berfirman,
“Jikalau tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Makkah) mengeluar-kannya
(dari Makkah) sedang dia salah seseorang dari dua orang ketika ke-duanya berada
dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya, ‘Janganlah berduka cita,
sesungguhnya Allah bersama kita”. (At-Taubah: 40)
Aisyah, Abu Said dan Ibnu Abbas dalam menafsirkan ayat ini mengatakan “ Abu Bakarlah yang mengiringi Nabi dalam gua tersebut.” Diriwayatkan dari al-Barra’ bin ‘Azib, ia berkata, “Suatu ketika Abu Bakar pernah membeli seekor tunggangan dari Azib dengan harga 10 Dirham, maka Abu Bakar berkata kepada ‘Azib, Suruhlah anakmu si Barra agar mengantarkan hewan tersebut.” Maka ‘Azib berkata, “Tidak, hingga engkau menceritakan kepada kami bagaimana kisah perjalananmu bersama Rasulullah saw. ketika keluar dari Makkah sementara orang-orang musyrikin sibuk mencari-cari kalian.”
Abu Bakar berkata, “Kami berangkat dari Makkah, berjalan sepanjang siang dan malam hingga datang waktu zuhur, maka aku mencari-cari tempat bernaung agar kami dapat istirahat di bawahnya, ternyata aku melihat ada batu besar, maka segera kudatangi dan terlihat di situ ada naungannya, maka kubentangkan tikar untuk Nabi saw. kemudian kukatakan padanya, “Istirahat-lah wahai Nabi Allah.”
Maka beliaupun beristirahat, sementara aku memantau daerah sekitarku, apakah
ada orang-orang yang mencari kami datang mengin-tai. Tiba-tiba aku melihat ada seorang pengembala kambing sedang menggiring kambingnya ke arah teduhan di bawah batu tersebut ingin berteduh seperti kami, maka aku bertanya padanya, “Siapa tuannmu wahai budak?” Dia menja-wab, “Budak milik si fulan, seseorang dari suku Quraisy.” Dia menyebut nama tuannya dan aku mengenalnya, kemudian kutanyakan, “Apakah kambingmu memiliki susu?” Dia menjawab, “Ya!” lantas kukatakan, “Maukah engkau memeras untuk kami?” Dia menjawab, “Ya!” Maka dia mengambil salah satu dari kambing-kambing tersebut, setelah itu kuperintahkan dia agar member-sihkan susu kambing tersebut terlebih dahulu dari kotoran dan debu, kemudian kuperintahkan agar menghembus telapak tangannya dari debu, maka dia menepukkan kedua telapak tanggannya dan dia mulai memeras susu, sementara aku telah mempersiapkan wadah yang di mulutnya dibalut kain menampung susu tersebut, maka segera kutuangkan susu yang telah diperas itu ke dalam tempat tersebut dan kutunggu hingga bawahnya dingin, lalu kubawakan kehadapan Nabi saw. dan ternyata beliau sudah bangun, segera kukatakan padanya, “Minumlah wahai Rasulullah saw..” Maka beliau mulai minum hingga kulihat beliau telah kenyang, setelah itu kukatakan padanya, “Bukan-kah kita akan segera berjalan kembali ya Rasulullah saw.?” Beliau menjawab, “Ya!”
Suraqah bin Malik bin Ju’syam
Akhirnya kami melanjutkan perjalanan sementara orang-orang musyrik terus menerus mencari kami, tidak satupun yang dapat menyusul kami kecuali Suraqah bin Malik bin Ju’syam yang mengendarai kudanya, maka kukatakan pada Rasulullullah, “Orang ini telah berhasil mengejar kita wahai Rasulullah saw.,” namun beliau menjawab, “Jangan khawatir, sesungguhnya Allah beserta kita.”
Diriwayatkan dari Anas dari Abu Bakar beliau berkata, “Kukatakan kepada Nabi saw ketika kami berada dalam gua, ‘Andai saja mereka (orang-orang Musyrik) melihat ke bawah kaki mereka pastilah kita akan terlihat.’ Rasul menjawab,“Bagaimana pendapatmu wahai Abu Bakar dengan dua orang manusiasementara Allah menjadi yang ketiga.”
2) Abu Bakar Adalah Sahabat yang Paling Banyak Ilmunya
Abu Sa’id al-Khudri berkata, “Suatu ketika Rasulullah saw. berkhutbah di hadapan manusia dan berkata,”Sesungguhnya Allah telah menyuruh seorang hamba untuk memilih antara dunia atau memilih ganjaran pahala dan apa-apa yang ada di sisiNya, namun ternyata hamba tersebut memilih apa-apa yang ada di
sisi Allah.” Abu Sa’id berkata, “Maka Abu Bakar menangis, kami heran kenapa beliau menangis padahal Rasulullah saw. hanyalah menceritakan seorang hamba yang memilih kebaikan, akhirnya kami ketahui bahwa hamba tersebut ternyata tidak lain adalah Rasulullah saw. sendiri, dan Abu Bakarlah yang paling mengerti serta berilmu di antara kami. Kemudian Rasulullah saw. bersabda, ,“Sesungguhnya orang yang sangat besar jasanya padaku dalam persahabatan dan kerelaan mengeluarkan hartanya adalah Abu Bakar. Andai saja aku diperbolehkan mengangkat seseorang menjadi kekasihku selain Rabbku pastilah aku akan memilih Abu Bakar, namun cukuplah persaudaraan se-lslam dan kecintaan karenanya. Maka jangan ditinggalkan pintu kecil di masjid selain pintu Abu Bakar saja.”
Diriwayatkan dari Aisyah ra. istri Rasulullah saw. ia berkata, “Ketika Rasulullah saw. wafat Abu Bakar sedang berada di suatu tempat yang bernama Sunuh- Ismail berkata, “Yaitu sebuah kampung, maka Umar berdiri dan berpidato, “Demi Allah sesungguhnya Rasulullah saw. tidak meninggal. ‘Aisyah ra. melanjutkan, Kemudian Umar berkata, “Demi Allah tidak terdapat dalam hatiku melainkan perasaan bahwa beliau belum mati, Allah pasti akari membangkitkannya dan akan dipotong kaki dan tangán mereka (yang menga-takan beliau telah mati, pent.). Kemudian datanglah Abu Bakar menyingkap kain yang menutup wajah Rasulullah saw. serta menciumnya sambil berkata, Kutebus dirimu dengan ibu dan bapakku, alangkah harum dan eloknya engkau saat hidup dan sesudah mati, demi Allah yang diriku berada di-tanganNya mustahil Allah akan menimpakan padamu dua kali kematian selama-lamanya.”
Kemudian Abu Bakar keluar dan berkata, “Wahai orang yang telah bersumpah, (yakni Umar) tahanlah bicaramu!” Ketika Abu Bakar mulai berbicara maka Umar duduk, setelah memuji Allah beliau berkata, “Ingatlah sesungguhnya siapa saja yang menyembah Muhammad saw maka beliau se-karang telah wafat, dan barangsiapa yang menyembah Allah maka sesung guhnya Allah akan tetap hidup tidak pernah mati. Kemudian beliau memba-cakan ayat,
“Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula).” (Az-Zumar: 30).
Dan ayat,
“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad) Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun; dan Allah akan member balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (Ali-Imran: 144).
Ismail berkata, “Maka manusia mulai menangis terisak-isak, kemudian kaum Anshar segera berkumpul bersama Sa’ad bin Ubadah di Saqifah Bani Sa’idah dan mereka berpendapat, “Dari kami seorang amir (pemimpin) dan dari kalian (muhajirin) juga seorang amir.” Maka segera Abu Bakar, Umar bin al-Khaththab, dan Abu Ubaidah bin al-Jarrah berangkat mendatangi majlis mereka, Umar berbicara tetapi Abu Bakar menyuruhnya untuk diam, Umar berkata, “Demi Allah sebenarnya aku tidak ingin berbicara melainkan aku telah persiapkan kata-kata yang kuanggap sangat baik yang kutakutkan tidak akan disampaikan oleh Abu Bakar.”
Kemudian Abu Bakar bepidato dan perkataarnnya sungguh mengena, beliau berkata, “Kami yang menjadi amir dan kalian menjadi wazir.” Maka Hubab bin Munzir berkata, “Tidak Demi Allah kami tidak akan terima, tetapi dari kami seorang amir dan dari kalian seorang amir pula.” Abu Bakar menja-wab, “Tidak, tetapi kamilah yang menjabat sebagai amir dan kalian menjadi wazir, karena sesungguhnya mereka (Quraisy) yang paling mulia kedu-dukannya di bangsa Arab dan yang paling tinggi nasabnya, maka silahkan kalian membai’at Umar ataupun Abu Ubaidah.” Maka spontan Umar menja-wab, “Tetapi engkaulah yang lebih pantas kami bai’at engkaulah pemimpin kami, orang yang paling baik di antara kami dan orang yang paling dicintai oleh Rasulullah saw. daripada kami.” Maka Umar segera meraih tangán Abu Bakar dan membai’atnya akhirnya orangorangpun turut membaiatnya pula.
Diriwayatkan dari ‘Aisyah ra. ia berkata, “Pandangan Nabi menengadah ke atas dan berkata, “Tetapi Yang kupilih adalah Ar-Rafiqul A’la (kekasih Allah Yang Mahatinggi) 3X. ‘Aisyah ra. melanjutkan, “Tidaklah perkataan mereka berdua (Abu Bakar dan Umar) kecuali Allah jadikan bermanfaat untuk manusia, profile Umar yang tegas berhasil membuat orang munafik yang menyusup di antara kaum muslimin sangat takut padanya, dengan kepriba-diannya Allah menolak kemunafikan. Adapun Abu Bakar, beliau berhasil menggiring manusia hingga mendapatkan petunjuk kepada kebenaran dan mengetahui kewajiban mereka, Abu Bakar berhasil mengeluarkan umat dari bencana perpecahan setelah meninggalnya Rasulullah saw. setelah membacakan ayat,
“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad) Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun; dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (Ali Imran :144).
3) Abu Bakar Adalah Sahabat Yang Paling Utama
Diriwayatkan dari Ibnu Umar dia berkata, “Kami selalu mem-bandingbandingkan
para sahabat di masa Rasulullah saw. maka kami sepakat memilih Abu bakar yang paling utama, kemudian Umar, selanjutnya Usman bin affan ” Diriwayatkan dari Muhammad bin al-Hanafiyyah dia berkata, “Kuta-nyakan pada ayahku siapa manusia yang paling baik setelah Rasulullah saw.” Maka beliau menjawab, “Abu Bakar!” Kemudian kutanyakan lagi, “Siapa setelahnya?” Beliau menjawab, “Umar.” Dan aku takut jika dia menyebut Utsman sesudahnya maka kukatakan, “Setelah itu pasti anda. Namun beliau menjawab, “Aku hanyalah salah seorang dari kaum muslimin.”
4) Kedudukan Abu Bakar di Sisi Rasulullah saw.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra dari Rasulullah saw. beliau bersabda, ”Andai saja aku dibolehkan mengambil Khalil (kekasih) selain Allah pasti aku akan memilih Abu bakar sebagai khalil namun dia adalah saudaraku dan sahabatku.”
Diriwayatkan dari Abdullah bin Abi Malikah ia berkata, “Penduduk Kufah bertanya kepada Abdullah bin az-Zubair perihal bagian warisan yang akan diperoleh seorang kakek, maka dia berkata, “Ikutilah pendapat Abu Bakar. Bukankah Rasulullah saw. pernah menyebutkan perihal dirinya, “Andai saja aku dibolehkan mengambil Khalil (kekasih) selain Allah pasti aku akan memilihnya.” Abu Bakar mengatakan, “Samakan pembagian kakek dengan bagian bapak (Jika bapak tidak ada).” Diriwayatkan dari Ibnu Abbas dari Nabi saw
Tutuplah seluruh pintu-pintu kecuali pintu Abu Bakar.”
Dari Muhammad bin Jubair bin Muth’im dari bapaknya dia berkata, “Pernah seorang wanita mendatangi Nabi iH, kemudian beliau menyuruh-nya kembali datang menghadapnya, maka wanita itu bertanya, “Bagaimana jika kelak aku datang namun tidak lagi menjumpaimu -seolah-olah ia meng-isyaratkan setelah rasul wafat- maka Rasulullah saw. berkata,
“Jika engkau tidak menjumpaiku maka datangilah Abu Bakar.
Diriwayatkan dari Abu Darda”Aku sedang duduk bersama Nabi  tiba-tiba muncullah Abu Bakar sambil menjinjing ujung pakaiannya hingga terlihat lututnya, maka Nabi  berkata, “‘Sesungguhnya teman kalian ini sedang kesal maka berilah salam atasnya.” Maka Abu Bakar berkata, “Wahai Rasulullah saw., antara aku dan Ibnu al-Khaththab terjadi perselisihan, maka aku segera mendatanginya untuk meminta maaf, kumohon padanya agar mema-afkan aku namun dia enggan menerima permohonanku, karena itu aku datang menghadapmu sekarang.” Rasulullah saw. menjawab, “Semoga Allah mengam-punimu wahai AbuBakar.” Sebanyak tiga kali, tak lama setelah itu Umar menyesal atas perbuatannya, dan mendatangi rumah Abu Bakar sambil bertanya, “Apakah di dalam ada Abu Bakar?” Namun keluarganya menjawab, tidak, Umar segera mendatangi Rasulullah saw. sementara wajah Rasulullah saw. terlihat memerah karena marah, hingga Abu Bakar merasa kasihan terhadap Umar dan memohon sambil duduk di atas kedua lututnya, “Wahai Rasulullah saw. Demi Allah sebenarnya akulah yang bersalah -dua kali-,” Maka Rasulullah saw. berkata, “Sesungguhnya aku telah diutus Allah kepada kalian namun kalian mengatakan, “Engkau pendusta!” Sementara Abu Bakar berkata, “Engkau benar ” Setelah itu dia membelaku dengan seluruh jiwa dan hartanya. Lalu apakah kalian tidak jera menyakiti sahabatku ?” Setelah itu Abu Bakar tidak pernah lagi di sakiti.”
5) Abu Bakar Paling Dulu Masuk Islam dan Selalu Mendampingi Rasulullah saw.
Diriwayatkan dari Wabirah bin Abdurrahman dari Hammam dia berkata, Aku mendengar Ammar berkata, “Aku melihat Rasulullah saw. pada waktu itu tidak ada yang mengikutinya kecuali lima orang budak, dua wanita dan Abu Bakar.”
6) Orang yang Paling Dicintai Rasulullah saw.
Diriwayatkan dari Abu Utsman dia berkata, “Telah berkata kepadaku Amru bin al-Ash bahwa Rasulullah saw. pernah mengutusnya dalam peperangan Dzatus Salaasil, kemudian aku mendatanginya dan bertanya, “Siapakah orang yang paling kau cintai? Maka Rasulullah saw. menjawab, ‘”Aisyah!” Kemudian kutanyakan lagi, “Dari kalangan laki-laki?” Rasul menjawab, “Bapaknya.” Kemudian kutanyakan lagi, “Siapa setelah itu?” Dia menjawab, “Umar!” Kemudian Rasulullah saw. menyebutkan beberapa orang lelaki”.
7) Imán dan Keyakinannya yang Kuat
Diriwayatkan dari Abu Hurairah dia berkata, “Aku pernah men-dengar Rasulullah saw. berkata, “Ketika seorang pengembala sedang menggembala kambingnya, tiba-tiba datang seekor serigala memangsa seekor kambingnya, maka spontan pengembala tersebut mengejarnya, tiba-tiba serigala itu berpaling menoleh kepadanya dan berkata, ‘Siapa yang dapat menjaganya pada waktu dia akan dimangsa, yaitu hari tatkala tidak ada pengembala selain diriku Dan ketika seorang sedang menggiring sapinya yang membawa beban, maka seketika sapi itu menoleh padanya dan berkata, ‘ Sesungguhnya aku tidak diciptakan untuk tugas ini, tetapi aku diciptakan Allah untuk membajak.’ Orang-orang berkata, ‘Subhanallah!’ Maka Nabi bersabda, ‘ Sesungguhnya aku beriman kepada berita itu sebagaimana Abu Bakar dan Umar mengimaninya pula’.”
Diriwayatkan dari Abdullah Ibnu Umar dia berkata, “Rasulullah saw.
bersabda,
Barangsiapa menjulurkan pakaiannya (di bawah mata kaki) karena kesombongan maka Allah tidak akan melihatnya pada hari kiamat.”
Maka Abu bakar berkata, “Sesungguhnya salah satu sisi dari bajuku selalu melorot ke bawah, kecuali jika aku selalu mengetatkarmya, maka Rasulullah saw. bersabda,
“Sesungguhnya engkau tidak termasuk orang yang menjulurkan  pakaiannya karena kesombongan.
8)Kemauannya yang Tinggi
Diriwayatkan dari Abu Hurairah berkata,” Aku mendengar Rasulullah saw.
bersabda, ” Barangsiapa menginfakkan sesuatu dari dua yang dimilikinya di jalan Allah niscaya akan diseru dari pintu-pintu surga, “Wahai Harnba Allah inilahke-baikan.Maka barangsiapa termasuk ahli shalat maka akan dipanggil dari pintu shalat, barang siapa termasuk golongan yang suka berjihad maka akan dipanggil dari pintu jihad, dan barang siapa yang suka bersedekah maka akan dipanggil dari pintu sedekah, barang siapa yang suka berpuasa maka akan dipanggil dari pintu puasa dan daripintu Ar Rayyan. Maka Abu Bakar berkata, ‘ Bagaimana jika seseorang harus dipanggil dari setiap pintu, dan apakah mungkin seseorang dipangil dari setiap pintu wahai Rasulullah saw.?’ Rasulullah saw. menjawab, Ya, dan aku berharap agar engkau wahai Abu Bakar termasuk salah seorang dari mereka’.”
9)Keberkahan Abu Bakar ash-Shiddiq ra. dan Keluarganya
Diriwayatkan dari ‘Aisyah ra. dia berkata, “Kami keluar bersama Rasulullah saw. dalam sebuah perjalanan, ketika kami sampai di suatu tempat yang bernama al-Baida -atau di Dzatul Jaisy- terputuslah kalung yang kupakai, maka Rasulullah saw. menyuruh rombongan berhenti untuk mencarinya dan orang-orang pun berhenti bersama beliau, sementara mereka tidak menda-pati air dan tidak mempunyai air, maka orang-orang mendatangi Abu Bakar dan berkata, Tidakkah engkau melihat apa yang telah diperbuat oleh Aisyah?
Dia telah membuat Rasulullah saw. berhenti dan manusia pun berhenti bersa-manya, sementara mereka tidak mendapatkan air dan tidak memilikinya.’ Maka datanglah Abu Bakar ketika Rasulullah saw. berbaring meletakkan kepala-nya di atas pahaku sedang tertidur, Abu Bakar mendatangiku dan berkata, ‘Engkau telah menahan Rasulullah saw. dan manusia sementara mereka tidak memiliki air dan tidak pula mendapatkannya’.” ‘Aisyah ra. berkata, “Maka ayahku mencelaku habis-habisan sambil menusuk-nusuk pinggangku dengan tangan-nya, tidak ada yang menghalangiku untuk bergerak kecuali takut Rasulullah saw. terganggu tidurnya, sementara Rasululullah masih tetap tidur hingga pagi datang dan mereka tidak memiliki air, maka Allah turunkan waktu itu ayat mengenai tayammum,
‘Maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci).’(An-Nisa’: 43).
Usa’id bin Hudhair berkata, “Bukanlah ini awal dari keberkahan kalian wahai keluarga Abu Bakar.” Maka ‘Aisyah ra. berkata, “Kemudian kami membangkitkan kendaraan tungganganku dan ternyata kalung tersebut berada di bawahnya.”
10) Berita Gembira Untuknya Sebagai Penghuni Surga
Diriwayatkan dari Sa’id bin Musayyab dia berkata, “Telah berkata kepadaku Abu Musa al-Asy’ari bahwa suatu hari dia berwudhu’ di rumahnya kemudian berangkat keluar dan berkata, “Aku harus mengiringi Rasulullah saw. hari ini.” Beliau berangkat ke mesjid dan bertanya di mana Nabi saw, maka dijawab bahwa beliau keluar untuk suatu hajat, maka aku segera pergi beru-saha menyusulnya sambil bertanya-tanya, hingga akhirnya beliau masuk ke kebun yang di dalamnya terdapat sebuah sumur bernama Aris, maka aku duduk di pintu -dan ketika itu pintunya terbuat dari pelepah kurma- hingga beliau menyelesaikan buang hajat dan setelah itu berwudhu, maka akupun berdiri berjalan ke arahnya ternyata beliau sedang duduk-duduk di atas sumur tersebut sambil menyingkap kedua betisnya dan menjulur-julurkan kakinya ke dalam sumur, maka aku datang memberi salam kepadanya, kemudian kembali ke pintu sambil berkata dalam hatiku, “Hari ini aku harus menjadi penjaga pintu Rasulullah saw. Tak lama kemudian datanglah Abu Bakar ingin membuka pintu, maka kutanyakan, “Siapa itu?” Dia menjawab, “Abu Bakar!” Maka kukatakan padanya, “Tunggu sebentar!” Aku segera datang kepada Rasulullah saw. dan bertanya padanya, “Wahai Rasulullah saw., ada Abu Bakar datang dan minta izin masuk!” Rasulullah saw. berkata, “Suruhlah dia masuk dan beritahukan padanya bahwa dia adalah penghuni surga.” Maka aku berangkat menujunya dan berkata, “Masuklah sesungguhnya Rasulullah saw. memberitakan padamu kabar gembira bahwa engkau adalah penghuni surga.”
Abu Bakar masuk dan duduk di sebelah kanan Rasulullah saw. Sambil menjulurkan kakinya ke sumur sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah saw. dan dia menyingkap kedua betisnya ……………………….hingga akhir kisah.”
Diriwayatkan dari Qatadah dari Anas bin Malik dia pernah bercerita bahwa Nabi pernah menaiki gunung Uhud bersama Abu Bakar, Umar dan Utsman, maka tiba-tiba gunung Uhud bergoncang dan Rasulullah saw. lang-sung berkata, “Diamlah woahai Uhud sesunggnhnya di atasmu ada seorang Nabi, seorang Shiddiq ra. dan dua syahid.
11) Sepak Terjangnya dalam Membela RasuIullah saw.
Diriwayatkan dari Urwah bin az-Zubair dia berkata, “Aku pernah bertanya kepada Abdullah bin Amru tentang perbuatan kaum musyrikin yang paling menyakitkan RasuIuUah, maka dia berkata, “Aku pernah melihat Utbah bin Abi Mu’ith mendatangi Nabi yang sedang shalat, maka tiba-tiba Uqbah melilit leher Nabi dengan sorban miliknya dan mencekiknya sekeras-kerasnya, kemudian datanglah Abu Bakar membelanya dan melepas-kan ikatan tersebut sambil berkata, “Apakah kamu akan membunuh seorang laki-laki karena ia menyatakan, ‘Rabbku ialah Allah’ padahal dia telah datang kepadamu denganmembawa keterangan-keterangan dari Rabbmu.” (Al-Mukmin: 28).


2. Umar Ibn Khatab ra. (13-23 H / 634-644 M)

Diriwayatkan dari Said Ibnu Musayyab bahwa Abu Hurairah berkata, “Ketika berada disisi Rasulullah, tiba-tiba beliau berkata, ‘Sewaktu tidur aku bermimpi seolah-olah aku berada di surga. Kemudian aku melihat seorang wanita berwudhu disamping sebuah istana, maka aku bertanya, ‘Milik siapa istana ini?’ Mereka menjawab, ‘Miliki Umar.’ Maka aku teringat akan kecemburuan Umar, segera aku menjauhi istana itu.’” Umar menangis dan berkata, “Demi Allah, mana mungkin aku akan cemburu padamu wahai Rasulullah?”

 Khalifah Abu Bakar meninggal dunia, sementara barisan depan pasukan Islam sedang mengancam Palestina, Irak, dan kerajaan Hirah. Ia diganti oleh “tangan kanan”nya, Umar ibn Khattab. Ketika Abu Bakar sakit dan merasa ajalnya sudah dekat, ia bermusyawarah dengan para pemuka sahabat, kemudian mengangkat Umar sebagai penggantinya dengan maksud untuk mencegah kemungkinan terjadinya perselisihan dan perpecahan di kalangan umat Islam. Kebijaksanaan Abu Bakar tersebut ternyata diterima masyarakat yang segera secara beramai-ramai membaiat Umar. Umar menyebut dirinya Khalifah Rasulillah (pengganti dari Rasulullah). Ia juga memperkenalkan istilah Amir al-Mu’minin (Komandan orang-orang yang beriman).
Di zaman Umar gelombang ekspansi (perluasan daerah kekuasaan) pertama terjadi; ibu kota Syria, Damaskus, jatuh tahun 635 M dan setahun kemudian, setelah tentara Bizantium kalah di pertempuran Yarmuk, seluruh daerah Syria jatuh ke bawah kekuasaan Islam. Dengan memakai Syria sebagai basis, ekspansi diteruskan ke Mesir di bawah pimpinan ‘Amr ibn ‘Ash dan ke Irak di bawah pimpinan Sa’ad ibn Abi Waqqash. Iskandaria, ibu kota Mesir, ditaklukkan tahun 641 M. Dengan demikian, Mesir jatuh ke bawah kekuasaan Islam. Al-Qadisiyah, sebuah kota dekat Hirah di Iraq, jatuh tahun 637 M. Dari sana serangan dilanjutkan ke ibu kota Persia, al-Madain yang jatuh pada tahun itu juga. Pada tahun 641 M, Mosul dapat dikuasai. Dengan demikian, pada masa kepemimpinan Umar, wilayah kekuasaan Islam sudah meliputi Jazirah Arabia, Palestina, Syria, sebagian besar wilayah Persia, dan Mesir.
Karena perluasan daerah terjadi dengan cepat, Umar segera mengatur administrasi negara dengan mencontoh administrasi yang sudah berkembang terutama di Persia. Administrasi pemerintahan diatur menjadi delapan wilayah propinsi: Makkah, Madinah, Syria, Jazirah Basrah, Kufah, Palestina, dan Mesir. Beberapa departemen yang dipandang perlu didirikan. Pada masanya mulai diatur dan ditertibkan sistem pembayaran gaji dan pajak tanah. Pengadilan didirikan dalam rangka memisahkan lembaga yudikatif dengan lembaga eksekutif. Untuk menjaga keamanan dan ketertiban, jawatan kepolisian dibentuk. Demikian pula jawatan pekerjaan umum. Umar juga mendirikan Bait al-Mal, menempa mata uang, dan menciptakan tahun hijrah.
Salah satu hal yang monumental pada era sayidina Umar ra adalah mengenai sholat tarawih. Berikut salah satu riwayatnya, yang menjadi pegangan umat islam di seluruh dunia sampai saat ini.
Diriwayatkan oleh Yazid Ibn Khusayfah dari Sâib Ibn Yazîd bahwa semua orang mengerjakan sholat tarawih 20 rakaat dalam bulan ramadlan pada masa khalifah Umar Ibn Khatab ra. (Baihaqi dalam As Sunaul Kubra, vol.2 hal 496)
Peganglah kuat-kuat sunnahku dan sunnah khulafaurrasyidin.(Abu Dawud vol 2 hal 635, Tirmidzi vol 2 hal 108, Sunan Darimi vol 1 hal 43 dan Ibn Majah hal 5).
Umar ra memerintah selama sepuluh tahun (13-23 H/634-644 M). Masa jabatannya berakhir dengan kematian. Dia dibunuh oleh seorang budak dari Persia bernama Abu Lu’lu’ah. Untuk menentukan penggantinya, Umar tidak menempuh jalan yang dilakukan Abu Bakar. Dia menunjuk enam orang sahabat dan meminta kepada mereka untuk memilih salah seorang diantaranya menjadi khalifah. Enam orang tersebut adalah Usman, Ali, Thalhah, Zubair, Sa’ad ibn Abi Waqqash, Abdurrahman ibn ‘Auf. Setelah Umar wafat, tim ini bermusyawarah dan berhasil menunjuk Utsman sebagai khalifah, melalui persaingan yang agak ketat dengan Ali ibn Abi Thalib.

Riwayat Umar bin Khatab ra. ( Al Faruk)
Beliau adalah Umar bin Al-Khathab bin Nufail bin Adi bin Abdul Uzza bin Riyah bin Abdullah bin Qurth bin Razah bin Adi bin Ka’ab bin Lu’ai, Abu Hafs Al-‘Adawi. Julukan beliau adalah Al-Faruq.
Adapun ibunya bernama Hantamah bin Hisyam bin Al-Mughirah, kakak dari Abu Jahal bin Hisyam.
Ibnu Katsir berkata, “Jumlah seluruh anak Umar adalah empat belas, yaitu: Zaid yang sulung, Zaid yang bungsu, Ashim, Abdullah, Abdurrahman yang sulung, Abdurrahman yang pertengahan, Az-Zubai bin Bakkar─yaitu Abu Syahmah, Abdurrahman yang bungsu, Ubaidullah, Iyadh, Hafsah, Ruqayyah, Zainab, Fathimah. Jumlah seluruh istri Umar yang pernah dinikahi pada masa Jahiliyah dan Islam, baik yang diceraikan ataupun yang ditinggal wafat sebanyak tujuh orang. Keislamannya

Umar masuk Islam berusia dua puluh tujuh tahun, beliau mengikuti perang Badar dan seluruh peperangan yang terjadi setelahnya bersama Rasulullah. Beliau juga pernah diutus untuk berangkat bersama sebahagian tentara untuk memata-matai dan mencari informasi tentang musuh, terkadang menjadi pemimpin dalam tugas ini.

Beliaulah yang pertama kali digelari Amirul Mukminin. Beliaulah yang pertama kali membuat penanggalan Hijriyah, mengumpulkan manusia untuk shalat tarawih berjama’ah. Beliaulah orang yang pertama kali berkeliling di malam hari mengontrol rakyatnya di Madinah. Beliaulah yang pertama kali membawa tongkat pemukul untuk mendera peminum khamr delapan puluh kali cambukan, khalifah yang banyak melakukan penaklukan, pertama kali membentuk tentara resmi, membuat undang-undang perpajakan, menentukan gaji tetap, menempatkan para qadhi, dll.

Fadhilah dan Keutamaannya

Umar adalah penduduk surga. Diriwayatkan dari Said Ibnu Musayyab bahwa Abu Hurairah berkata, “Ketika berada disisi Rasulullah, tiba-tiba beliau berkata, ‘Sewaktu tidur aku bermimpi seolah-olah aku berada di surga. Kemudian aku melihat seorang wanita berwudhu disamping sebuah istana, maka aku bertanya, ‘Milik siapa istana ini?’ Mereka menjawab, ‘Miliki Umar.’ Maka aku teringat akan kecemburuan Umar, segera aku menjauhi istana itu.’” Umar menangis dan berkata, “Demi Allah, mana mungkin aku akan cemburu padamu wahai Rasulullah?”

Diriwayatkan Anas bin Malik, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menaiki gunung Uhud beserta Abu Bakar, Umar, dan Utsman. Maka tiba-tiba gunung itu berguncang, segeralah Rasulullah memukulkan kakinya dan berkata, “Diamlah wahai Uhud, sesungguhnya di atasmu hanyalah seorang nabi, shiddiq, dan dua orang syahid.”

Abdullah bin Mas’ud berkata, “Kami menjadi kuat sejak Umar masuk Islam.”

Umar Adalah Sahabat yang Mendapat Ilham

Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya di antara orang-orang sebelum kalian terdapat sejumlah manusia yang mendapat ilham. Apabila seorang umatku mendapatkannya, maka Umarlah orangnya.”

Zakaria bin Abi Zaidah menambahkan dari Sa’ad dari Abi Salamah dari Abu Hurairah, dia berkata bahwa Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya orang-orang sebelum kalian dari Bani Israil ada yang diberikan ilham walaupun mereka bukan nabi, jika salah seorang dari umatku mendapatkannya, maka Umarlah orangnya."

Wibawa Umar

Diriwayatkan dari Muhammad bin Sa’ad bin Abi Waqqash dari ayahnya, ia berkata, “Umar bin Al-Khathab memohon agar diizinkan masuk ke rumah Rasulullah. Ketika itu, ada beberapa orang wanita dari Quraisy sedang berbincang-bincang dengan Rasulullah dan mereka berbicara dengan nada suara yang keras melebihi suara Rasulullah. Ketika Umar masuk, mereka segera berdiri dan menurunkan hijab. Setelah diberi izin, Umar masuk ke rumah Rasulullah sementara Rasulullah tertawa. Umar bertanya, Apa yang membuat Anda tertawa wahai Rasulullah?” Rasulullah menjawab, “Aku heran terhadap wanita-wanita yang berada di sisiku ini. Ketika mereka mendengar suaramu, segera mereka berdiri menarik hijab.” Umar berkata, “Sebenarnya engkau yang lebih layak mereka segani wahai Rasulullah.” Kemudian Umar berbicara kepada mereka, “Wahai para wanita yang menjadi musuh bagi nafsunya sendiri, bagaimana kalian segan terhadap diriku dan tidak segan terhadap Rasulullah?” Mereka menjawab, “Ya, sebab engkau lebih keras dan lebih kasar daripada Rasulullah.” Rasulullah bersabda, “Jangan memulai pembicaraan wahai Ibnul Khathab. Demi Allah yang jiwaku berada dalam genggaman tangan-Nya, sesungguhnya tidaklah setan menemuimu sedang berjalan di suatu jalan kecuali dia akan mencari jalan lain yang tidak engkau lalui.”

Dalam riwayatkan yang lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Umatku yang paling penyayang adalah Abu Bakar, dan yang paling tegas dalam menegakkan agama Allah adalah Umar.”

Keadaan Umar bin Khathab

Umar pernah berkata, “Tidak halal bagiku harta yang diberikan Allah kecuali dua pakaian. Satu untuk dikenakan di musim dingin dan satu lagi dikenakan untuk musim panas. Adapun makanan untuk keluargaku sama saja dengan makanan orang-orang Quraisy pada umumnya, bukan standar yang paling kaya di antara mereka. Aku sendiri hanyalah salah seorang dari kaum muslimin.”

Jika menugaskan para gubernurnya, Umar akan menulis perjanjian yang disaksikan oleh kaum Muhajirin. Umar menyaratkan kepada mereka agar tidak berpakaian yang halus, dan tidak menutup pintu rumahnya kepada rakyat yang membutuhkan bantuan. Jika mereka melanggar pesan ini, maka akan mendapatkan hukuman.”
Mu’awiyah bin Abu Sufyan berkata, “Adapun Abu Bakar, ia tidak sedikit pun menginginkan dunia dan dunia juga tidak ingin datang menghampirinya. Sedangkan Umar, dunia datang menghampirinya namun dia tidak menginginkannya. Adapun kita bergelimang dalam kenikmatan dunia.”

Pernah Umar dicela dan dikatakan kepadanya, “Alangkah baiknya jika engkau memakan makanan yang bergizi tentu akan membantu dirimu supaya lebih kuat membela kebenaran.” Maka Umar berkata, “Sesungguhnya aku telah meninggalkan kedua sahabatku (Rasulullah dan Abu Bakar) dalam keadaan tegar (tidak terpengaruh dengan dunia) maka jika aku tidak mengikuti ketegaran mereka, aku takut tidak akan dapat mengejar kedudukan mereka.”

Anas berkata, “Antara dia bahu dari baju Umar, terdapat empat tambalan, kainnya ditambal dengan kulit. Pernah beliau khutbah di atas mimbar mengenakan pakaian yang memiliki dua belas tambalan. Ketika melaksanakan ibadah haji, beliau hanya menggunakan enam belas dinar, sementara beliau berkata kepada anaknya, ‘Kita terlalu boros dan berlebihan.’”

Pada tahun paceklik dan kelaparan, beliau tidak pernah makan kecuali roti dan minyak hingga kulit beliau berubah menjadi hitam. Beliau berkata, “Akulah sejelek-jelek penguasa apabila aku kenyang sementara rakyatku kelaparan.” Pada wajah beliau terdapat dua garis hitam disebabkan banyak menangis. Terkadang beliau mendengat ayat Allah dan jatuh pingsan karena perasaan takut, hingga terpaksa diangkat kerumah dalam keadaan pingsan. Kemudian kaum muslimin menjenguk beliau beberapa hari, padahal beliau tidak memiliki penyakit yang membuat beliau pingsan kecuali perasaan takutnya.

Kisah Terbunuhnya Umar

Amru bin Maimun berkata, “Pada pagi hari terbunuhnya Umar, aku berdiri dekat sekali dengan Umar. Penghalang antara aku dan beliau hanyalah Abdullah bin Abbas. Kebiasaannya, jika beliau berjalan disela-sela shaf, beliau selalu berkata, ‘Luruskan!’ Setelah melihat barisan telah rapat dan lurus, beliau maju dan mulai bertakbir. Pada waktu itu mungkin beliau sedang membaca surat Yusuf atau An-Nahl ataupun surat lainnya pada rakaat pertama hingga seluruh jama’ah hadir berkumpul. Ketika beliau bertakbir, tiba-tiba aku mendengar beliau menjerit, ‘Aku dimakan anjing (aku ditikam).’

Ternyata beliau ditikam oleh seorang budak, kemudian budak kafir itu lari dengan membawa pisau belati bermata dua. Setiap kali melewati orang-orang, dia menikamkan belatinya ke kanan maupun ke kiri hingga menikam tiga belas orang kaum muslimin dan tujuh di antaranya meninggal. Ketika salah seorang dari kaum muslimin melihat peristiwa itu, ia melemparkan burnus (baju berpenutup kepala) untuk menangkapnya. Ketika budak kafir itu yakin bahwa dia akan tertangkap, dia langsung bunuh diri. Umar segera menarik tangan Abdurrahman dan menyuruhnya maju menjadi imam. Siapa saja yang berdiri dibelakang Umar pasti akan melihat apa yang aku lihat. Adapun orang-orang yang berada disudut-sudut masjid, mereka tidak tahu apa yang telah terjadi, hanya saja mereka tidak mendengar suara Umar. Di antara mereka ada yang mengatakan, Subhanallah.’

Maka akhirnya Abdurrahman yang menjadi imam shalat mereka dan ia sengaja memendekkan shalat. Selesai orang-orang mengerjakan shalat, Umar berkata, ‘Wahai Ibnu Abbas, lihatlah siapa yang telah menikamku.’ Ibnu Abbas pergi, sesaat kemudian kembali sambil berkata, ‘Pembunuhmu adalah budak milik Al-Mughirah.’ Umar bertanya, ‘Budaknya yang lihai bertukang itu?’ Ibnu Abbas menjawab, ‘Ya.’ Umar berkata, ‘Semoga Allah membinasakannya. Padahal aku telah menyuruhnya kepada kebaikan. Alhamdulillah yang telah menjadikan sebab kematianku di tangan orang yang tidak beragama Islam. Engkau dan ayahmu (Abbas) menginginkan agar budak-budak kafir itu banyak tinggal di Madinah.’”

Umar wafat tiga hari setelah peristiwa itu, beliau dikebumikan pada hari Ahad di awal bulan Muharram tahun 24 Hijriyah dan dikebumikan di kamar Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam disamping Abu Bakar setelah mendapat izin dari Ummul Mukminin Aisyah. Abu Ma’syar berkata, “Umar terbunuh pada tanggal 25 Dzulhijjah tepat penghujung tahun 23 Hijriyah. Masa kekhalifahannya adalah 10 tahun 6 bulan 4 hari. Setelah itu Utsman diba’iat menjadi khalifah.”

Umar wafat saat ia berumur 63 tahun, dan dalam riwayat yang lain beliau wafat ketika berusia 57 tahun.

Sumber : Al-Bidayah Wan-Nihayah (Masa Khulafa’ur Rasyidin), Ibnu Katsir: Darul Haq



3. Masa Utsman Ibn ‘Afan ra. ( 23-35 H / 644-655 M)
Nama panggilannya Abu Abdullah dan gelarnya Dzunnurrain (yang punya dua cahaya). Sebab digelari Dzunnuraian karena Rasulullah menikahkan dua putrinya untuk Utsman; Roqqoyah dan Ummu Kultsum. Ketika Ummu Kultsum wafat, Rasulullah berkata; “Sekiranya kami punya anak perempuan yang ketiga, niscaya aku nikahkan denganmu.” Dari pernikahannya dengan Roqoyyah lahirlah anak laki-laki. Tapi tidak sampai besar anaknya meninggal ketika berumur 6 tahun pada tahun 4 Hijriah.
 
 
Utsman bin Affan (sekitar 574 – 656) adalah sahabat Nabi Muhammad SAW yang merupakan Khulafaur Rasyidin yang ke-3. Nama lengkap beliau adalah Utsman bin affan Al-Amawi Al-Quarisyi, berasal dari Bani Umayyah. Lahir pada tahun keenam tahun Gajah. Kira-kira lima tahun lebih muda dari Rasullulah SAW.
Nama panggilannya Abu Abdullah dan gelarnya Dzunnurrain (yang punya dua cahaya). Sebab digelari Dzunnuraian karena Rasulullah menikahkan dua putrinya untuk Utsman; Roqqoyah dan Ummu Kultsum. Ketika Ummu Kultsum wafat, Rasulullah berkata; “Sekiranya kami punya anak perempuan yang ketiga, niscaya aku nikahkan denganmu.” Dari pernikahannya dengan Roqoyyah lahirlah anak laki-laki. Tapi tidak sampai besar anaknya meninggal ketika berumur 6 tahun pada tahun 4 Hijriah.

Menikahi 8 wanita, empat diantaranya meninggal yaitu Fakhosyah, Ummul Banin, Ramlah dan Nailah. Dari perkawinannya lahirlah 9 anak laki-laki; Abdullah al-Akbar, Abdullah al-Ashgar, Amru, Umar, Kholid, al-Walid, Sa’id dan Abdul Muluk. Dan 8 anak perempuan.

Nama ibu beliau adalah Arwa binti Kuriz bin Rabiah. Beliau masuk Islam atas ajakan Abu Bakar, yaitu sesudah Islamnya Ali bin Abi Thalib dan Zaid bin Haristah. Beliau adalah salah satu sahabat besar dan utama Nabi Muhammad SAW, serta termasuk pula golongan as-Sabiqun al-Awwalin, yaitu orang-orang yang terdahulu Islam dan beriman.

Utsman adalah seorang yang saudagar yang kaya tetapi dermawan. Beliau adalah seorang pedagang kain yang kaya raya, kekayaan ini beliau belanjakan guna mendapatkan keridhaan Allah, yaitu untuk pembangunan umat dan ketinggian Islam. Beliau memiliki kekayaan ternak lebih banyak dari pada orang arab lainya.

Ketika kaum kafir Quarisy melakukan penyiksaan terhadap umat islam, maka Utsman bin Affan diperintahkan untuk berhijrah ke Habsyah (Abyssinia, Ethiopia). Ikut juga bersama beliau sahabat Abu Khudzaifah, Zubir bin Awwam, Abdurahman bin Auf dan lain-lain. Setelah itu datang pula perintah Nabi SAW supaya beliau hijrah ke Madinah. Maka dengan tidak berfikir panjang lagi beliau tinggalkan harta kekayaan, usaha dagang dan rumah tangga guna memenuhi panggilan Allah dan Rasul-Nya. Beliau Hijrah bersama-sama dengan kaum Muhajirin lainya.

Pada peristiwa Hudaibiyah, Utsman dikirim oleh Rasullah untuk menemui Abu Sofyan di Mekkah. Utsman diperintahkan Nabi untuk menegaskan bahwa rombongan dari Madinah hanya akan beribadah di Ka’bah, lalu segera kembali ke Madinah, bukan untuk memerangi penduduk Mekkah.

Suasana sempat tegang ketika Utsman tak kenjung kembali. Kaum muslimin sampai membuat ikrar Rizwan – bersiap untuk mati bersama untuk menyelamatkan Utsman. Namun pertumpahan darah akhirnya tidak terjadi. Abu Sofyan lalu mengutus Suhail bin Amir untuk berunding dengan Nabi Muhammad SAW. Hasil perundingan dikenal dengan nama Perjanjian Hudaibiyah.

Semasa Nabi SAW masih hidup, Utsman pernah dipercaya oleh Nabi untuk menjadi walikota Madinah, semasa dua kali masa jabatan. Pertama pada perang Dzatir Riqa dan yang kedua kalinya, saat Nabi SAW sedang melancarkan perang Ghatfahan.
Utsman bin Affan adalah seorang ahli ekonomi yang terkenal, tetapi jiwa sosial beliau tinggi. Beliau tidak segan-segan mengeluarkan kekayaanya untuk kepentingan Agama dan Masyarakat umum.

Sebagai Contoh :

1. Utsman bin Affan membeli sumur yang jernih airnya dari seorang Yahudi seharga 200.000 dirham yang kira-kira sama dengan dua setengah kg emas pada waktu itu. Sumur itu beliau wakafkan untuk kepentingan rakyat umum.
2. Memperluas Masjid Madinah dan membeli tanah disekitarnya.
3. Beliau mendermakan 1000 ekor unta dan 70 ekor kuda, ditambah 1000 dirham sumbangan pribadi untuk perang Tabuk, nilainya sama dengan sepertiga biaya ekspedisi tersebut.
4. Pada masa pemerintahan Abu Bakar,Utsman juga pernah memberikan gandum yang diangkut dengan 1000 unta untuk membantu kaum miskin yang menderita di musim kering.

Masa Kekhalifahan

Utsman bin Affan diangkat menjadi khalifah atas dasar musyawarah dan keputusan sidang Panitia enam, yang anggotanya dipilih oleh khalifah Umar bin khatab sebelum beliau wafat. Keenam anggota panitia itu ialah Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan, Abdurahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqas, Zubair bin Awwam dan Thalhah bin Ubaidillah.

Tiga hari setelah Umar bin khatab wafat, bersidanglah panitia enam ini. Abdurrahman bin Auff memulai pembicaraan dengan mengatakan siapa diantara mereka yang bersedia mengundurkan diri. Ia lalu menyatakan dirinya mundur dari pencalonan. Tiga orang lainnya menyusul. Tinggallah Utsman dan Ali. Abdurrahman ditunjuk menjadi penentu. Ia lalu menemui banyak orang meminta pendapat mereka. Namun pendapat masyarakat pun terbelah.

Konon, sebagian besar warga memang cenderung memilih Utsman. Sidangpun memutuskan Ustman sebagai khalifah. Ali sempat protes. Abdurrahman adalah ipar Ustman. Mereka sama-sama keluarga Umayah. Sedangkan Ali, sebagaimana Muhammad, adalah keluarga Hasyim. Sejak lama kedua keluarga itu bersaing. Namun Abdurrahman meyakinkan Ali bahwa keputusannya adalah murni dari nurani. Ali kemudian menerima keputusan itu.

Maka Utsman bin Affan menjadi khalifah ketiga dan yang tertua. Pada saat diangkat, ia telah berusia 70 tahun. Peristiwa ini terjadi pada bulan Muharram tahun 24 H. Pengumuman dilakukan setelah selesai Shalat dimasjid Madinah.

Masa kekhalifannya merupakan masa yang paling makmur dan sejahtera. Konon ceritanya sampai rakyatnya haji berkali-kali. Bahkan seorang budak dijual sesuai berdasarkan berat timbangannya.

Beliau adalah khalifah kali pertama yang melakukan perluasan masjid al-Haram (Mekkah) dan masjid Nabawi (Madinah) karena semakin ramai umat Islam yang menjalankan rukun Islam kelima (haji). Beliau mencetuskan ide polisi keamanan bagi rakyatnya, membuat bangunan khusus untuk mahkamah dan mengadili perkara. Hal ini belum pernah dilakukan oleh khalifah sebelumnya. Abu Bakar dan Umar bin Khotob biasanya mengadili suatu perkara di masjid.

Pada masanya, khutbah Idul fitri dan adha didahulukan sebelum sholat. Begitu juga adzhan pertama pada sholat Jum’at. Beliau memerintahkan umat Islam pada waktu itu untuk menghidupkan kembali tanah-tanah yang kosong untuk kepentingan pertanian.

Di masanya, kekuatan Islam melebarkan ekspansi. Untuk pertama kalinya, Islam mempunnyai armada laut yang tangguh. Muawiyah bin Abu Sofyan yang menguasai wilayah Syria, Palestina dan Libanon membangun armada itu. Sekitar 1.700 kapal dipakai untuk mengembangkan wilayah ke pulau-pulau di Laut Tengah. Siprus, Pulau Rodhes digempur. Konstantinopelpun sempat dikepung.

Prestasi yang diperoleh selama beliau menjadi Khalifah antara lain :

1. Menaklukan Syiria, kemudian mengakat Mu’awiyah sebagai Gubernurnya.
2. Menaklukan Afrika Utara, dan mengakat Amr bin Ash sebagai Gubernur disana.
3. Menaklukan daerah Arjan dan Persia.
4. Menaklukan Khurasan dan Nashabur di Iran.
5. Memperluas Masjid Nabawi, Madinah dan Masjidil Haram, Mekkah.
6. Membakukan dan meresmikan mushaf yang disebut Mushaf Utsamani, yaitu kitab suci Al-qur’an yang dipakai oleh seluruh umat islam seluruh dunia sekarang ini. Khalifah Ustman membuat lima salinan dari Alquran ini dan menyebarkannya ke berbagai wilayah Islam.
7. Setiap hari jum’at beliau memerdekakan seorang budak (bila ada)

Sebab-sebab Terjadinya Kekacauan dalam Pemerintahan Utsman

Pada mulanya pemerintahan Khalifah Utsman berjalan lancar. Hanya saja seorang Gubernur Kufah, yang bernama Mughirah bin Syu’bah dipecat oleh Khalifah Utsman dan diganti oleh Sa’ad bin Abi Waqqas, atas dasar wasiat khalifah Umar bin Khatab.

Kemudian beliau memecat pula sebagian pejabat tinggi dan pembesar yang kurang baik, untuk mempermudah pengaturan, lowongan kursi para pejabat dan pembesar itu diisi dan diganti dengan famili-famili beliau yang kredibel (mempunyai kemampuan) dalam bidang tersebut.

Tindakan beliau yang terkesan nepotisme ini, mengundang protes dari orang-orang yang dipecat, maka datanglah gerombolan yang dipimpim oleh Abdulah bin Saba’ yang menuntut agar pejabat-pejabat dan para pembesar yang diangkat oleh Khalifah Utsman ini dipecat pula. Usulan-usulan Abdullah bin Saba’ ini ditolak oleh khalifah Utsman. Pada masa kekhalifan Utsman bin Affan-lah aliran Syiah lahir dan Abdullah Bin Saba’ disebut sebagai pencetus aliran Syi’ah tersebut.

Karena merasa sakit hati, Abdullah bin Saba’ kemudian membuat propoganda yang hebat dalam bentuk semboyan anti Bani Umayah, termasuk Utsman bin Affan. Seterusnya penduduk setempat banyak yang termakan hasutan Abdullah bin Saba’. Sebagai akibatnya, datanglah sejumlah besar (ribuan) penduduk daerah ke madinah yang menuntut kepada Khalifah, tuntutan dari banyak daerah ini tidak dikabulkan oleh khalifah, kecuali tuntutan dari Mesir, yaitu agar Utsman memecat Gubernur Mesir, Abdullah bin Abi Sarah, dan menggantinya dengan Muhammad bin Abi Bakar.

Karena tuntutan orang mesir itu telah dikabulkan oleh khalifah, maka mereka kembali ke mesir, tetapi sebelum mereka kembali ke mesir, mereka bertemu dengan seseorang yang ternyata diketahui membawa surat yang mengatasnamakan Utsman bin Affan. Isinya adalah perintah agar Gubernur Mesir yang lama yaitu Abdulah bin Abi sarah membunuh Gubernur Muhammad Abi Bakar (Gubernur baru) Karena itu, mereka kembali lagi ke madinah untuk meminta tekad akan membunuh Khalifah karena merasa dipermainkan.

Setelah surat diperiksa, terungkap bahwa yang membuat surat itu adalah Marwan bin Hakam. Tetapi mereka melakukan pengepungan terhadap khalifah dan menuntut dua hal :

1. Supaya Marwan bin Hakam di qishas (hukuman bunuh karena membunuh orang).
2. Supaya Khalifah Utsman meletakan jabatan sebagai Khalifah.

Kedua tuntutan yang pertama, karena Marwan baru berencana membunuh dan belum benar-benar membunuh. Sedangkan tuntutan kedua, beliau berpegang pada pesan Rasullulah SAW; “Bahwasanya engkau Utsman akan mengenakan baju kebesaran. Apabila engkau telah mengenakan baju itu, janganlah engkau lepaskan”

Setelah mengetahui bahwa khalifah Utsman tidak mau mengabulkan tuntutan mereka, maka mereka lanjutkan pengepungan atas beliau sampai empat puluh hari. Situasi dari hari kehari semakin memburuk. Rumah beliau dijaga ketat oleh sahabat-sahabat beliau, Ali bin Thalib, Zubair bin Awwam, Muhammad bin Thalhah, Hasan dan Husein bin Ali bin Abu Thalib. Karena kelembutan dan kasih sayangnya, beliau menanggapi pengepung-pengepung itu dengan sabar dan tutur kata yang santun.

Hingga suatu hari, tanpa diketahui oleh pengawal-pengawal rumah beliau, masuklah kepala gerombolan yaitu Muhammad bin Abu Bakar (Gubernur Mesir yang Baru) dan membunuh Utsman bin Affan yang sedang membaca Al-Qur’an. Dalam riwayat lain, disebutkan yang membunuh adalah Aswadan bin Hamrab dari Tujib, Mesir. Riwayat lain menyebutkan pembunuhnya adalah Al Ghafiki dan Sudan bin Hamran.

Beliau wafat pada bulan haji tahun 35 H. dalam usia 82 tahun setelah menjabat sebagai Khalifah selama 12 tahun. Beliau dimakamkan di kuburan Baqi di Madinah.

Wallahu A’lam.


  
 4. Imam Ali Ibn Abi Thalib kwh. ( 35-40 H / 655-660 M)
Imam Ali adalah seorang Sahabat Rasulullah SAW yang sangat cerdik dan luas ilmunya. Rasulullah SAW pernah menyebut bahwa Imam Ali adalah gudang ilmu. Setelah beberapa hari Khalifah ketiga yakni Khalifah Utsman Ibnu Affan maka Imam Ali diangkat sebagai Khalifah keempat.
Kata Imam Ali: Allah SWT mengetahui betapa aku tidak suka memimpin pemerintahan atau memegang kekuasaan di kalangan umat Nabi Muhammad SAW sebab aku mendengar sendiri beliau bersabda, "Tidak ada seorang penguasa pun yang memerintah umatku, yang kelak tidak akan dihadapkan ke rakyatnya, untuk diperlihatkan catatan -catatan perbuatanya. Jika dia seorang yang adil, maka selamatlah. Tapi jika dia seorang yang lalim, akan tergelincirlah ke dalam neraka.

Setelah Utsman wafat, masyarakat beramai-ramai membaiat Ali ibn Abi Thalib sebagai khalifah. Ali memerintah hanya enam tahun. Selama masa pemerintahannya, ia menghadapi berbagai pergolakan. Tidak ada masa sedikit pun dalam pemerintahannya yang dapat dikatakan stabil. Setelah menduduki jabatan khalifah, Ali memecat para gubernur yang diangkat oleh Utsman. Dia yakin bahwa pemberontakan-pemberontakan terjadi karena keteledoran mereka. Dia juga menarik kembali tanah yang dihadiahkan Utsman kepada penduduk dengan menyerahkan hasil pendapatannya kepada negara, dan memakai kembali sistem distribusi pajak tahunan diantara orang-orang Islam sebagaimana pernah diterapkan Umar.
Tidak lama setelah itu, Ali ibn Abi Thalib menghadapi pemberontakan Thalhah, Zubair dan Aisyah. Alasan mereka, Ali tidak mau menghukum para pembunuh Utsman, dan mereka menuntut bela terhadap darah Utsman yang telah ditumpahkan secara zalim. Ali sebenarnya ingin sekali menghindari perang. Dia mengirim surat kepada Thalhah dan Zubair agar keduanya mau berunding untuk menyelesaikan perkara itu secara damai. Namun ajakan tersebut ditolak. Akhirnya, pertempuran yang dahsyat pun berkobar. Perang ini dikenal dengan nama Perang Jamal (Unta), karena Aisyah dalam pertempuran itu menunggang unta, dan berhasil mengalahkan lawannya. Zubair dan Thalhah terbunuh ketika hendak melarikan diri, sedangkan Aisyah ditawan dan dikirim kembali ke Madinah.
Bersamaan dengan itu, kebijaksanaan-kebijaksanaan Ali juga mengakibatkan timbulnya perlawanan dari gubernur di Damaskus, Mu’awiyah, yang didukung oleh sejumlah bekas pejabat tinggi yang merasa kehilangan kedudukan dan kejayaan. Setelah berhasil memadamkan pemberontakan Zubair, Thalhah dan Aisyah, Ali bergerak dari Kufah menuju Damaskus dengan sejumlah besar tentara. Pasukannya bertemu dengan pasukan Mu’awiyah di Shiffin. Pertempuran terjadi di sini yang dikenal dengan nama perang shiffin. Perang ini diakhiri dengan tahkim (arbitrase), tapi tahkim ternyata tidak menyelesaikan masalah, bahkan menyebabkan timbulnya golongan ketiga, al-Khawarij, orang-orang yang keluar dari barisan Ali. Akibatnya, di ujung masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib umat Islam terpecah menjadi tiga kekuatan politik, yaitu Mu’awiyah, Syi’ah (pengikut) Ali, dan al-Khawarij (oran-orang yang keluar dari barisan Ali). Keadaan ini tidak menguntungkan Ali. Munculnya kelompok al-khawarij menyebabkan tentaranya semakin lemah, sementara posisi Mu’awiyah semakin kuat. Pada tanggal 20 ramadhan 40 H (660 M), Ali terbunuh oleh salah seorang anggota Khawarij.

Riwayat Imam Ali ra.
Sayyidina Ali berwasiat: Ku wasiatkan kepada kamu supaya tetap bertaqwa kepada Allah. Janganlah kamu mengejar-ngejar dunia walau dunia mengejar kamu dan janganlah menyesal jika ada sebahagian dunia itu terlepas darimu. Hendaklah kamu mengatur baik-baik urusan kamu dan jagalah hubungan persaudaraan antara kamu. Ketahuilah, pertengkaran itu merosakkan agama dan ingatlah bahawa tidak ada kekuatan apa pun selain atas perkenan Allah. Perhatikan anak-anak yatim agar jangan sampai mereka kelaparan dan jangan sampai kehilangan hak. Perhatikan Al Quran, jangan sampai kamu mendahulukan orang lain dalam mengamalkannya. Perhatikan tetangga kamu sebab mereka adalah wasiat Nabi kamu

***
Imam Ali lahir pada hari Jumat Tanggal 13 bulan Rajab, 12 tahun sebelum Rasulullah SAW menerima wahyu pertamanya. Ibunya, Fatimah, telah melahirkan Imam Ali di Ka'bah. Ketika itu, Fatimah dan suaminya Abu Thalib sedang melakukan tawaf di keliling Ka'bah. Fatimah yang sarat mengandung, tiba-tiba terasa sakit hendak bersalin.


Abu Thalib menyangka, Fatimah hanya keletihan maka dia membawa Fatimah bersantai di dalam Ka'bah sebelum melanjutkan tawafnya. Di waktu itulah lahirnya Imam Ali yang sangat besar jasanya sebagai Sahabat dan menantu Rasulullah, juga Amirul Mukminin bagi umat Islam setelah beberapa hari Rasulullah SAW. Kelahiran Imam Ali hanya disaksikan oleh ayah dan ibunya saja.

Ketika umur Imam Ali 6 tahun, Mekah sedang dilanda keadaan yang sulit. Orang-orang yang banyak anak, pasti terasa peritnya hendak memberi makan keluarganya. Di waktu itu Rasulullah SAW teringat jasa pamannya Abu Thalib yang pernah menjaga baginda sewaktu kecil. Kini pamannya telah tua sedangkan anak-anaknya banyak. Maka sebagai membalas jasa pamannya itu, Rasulullah yang tika itu telah menikah dengan Siti Khadijah, telah mengambil Imam Ali tinggal bersamanya.

Sejak itu Imam Ali diasuh oleh beliau sendiri. Betapa besarnya kasih sayang yang dicurahkan oleh Rasulullah kepada Imam Ali lantaran beliau sendiri telah kematian anak-anaknya. Berada bersama keluarga Rasulullah SAW telah memberi dampak yang besar kepada pertumbuhan roh Imam Ali.

Ia menyaksikan dan mengikuti perkembangan jiwa dan pikiran Rasulullah SAW. Rasulullah SAW sendiri yang menjadi penghubung antara Imam Ali dan Allah SWT. Selain perjuangannya di bidang akidah, ilmu dan pemikiran, Imam Ali juga terkenal sebagai seorang pemuda yang memiliki kesanggupan berkorban yang luar biasa besarnya. Ia memiliki susunan jasmani yang sempurna dan energi yang sangat kuat. Tentu saja, itu saja belum menjadi jaminan bagi seseorang untuk siap mempertaruhkan nyawanya membela kebenaran Allah dan Rasul-Nya.

Imannya yang teguh laksana gunung dan kesetiaannya serta kecintaanya yang penuh kepada Allah dan Rasul-Nya, itulah yang menjadi pendorong utama. Imam Ali tidak pernah menghitung-hitung resiko dalam perjuangan suci menegakkan Islam. Dengan jasmani yang tegap dan kuat, serta iman yang kokoh dan mantap, Imam Ali benar-benar memenuhi persyaratan fisik dan spiritual untuk menghadapi tahap-tahap perjuangan yang serba berat.

Di saat-saat Islam dan kaum muslimin berada dalam situasi yang kritis dan gawat, Imam Ali selalu tampil memainkan peran penting. Selama hidup, beliau tidak pernah mengalami hidup nyaman. Sejak muda remaja sampai akhir hayatnya, dia keluar masuk dari satu kesulitan ke satu kesulitan lain. Dari satu pengorbanan ke satu pengorbanan yang lain pula.

Namun demikian, ia tidak pernah menyesali nasib, bahkan dengan semangat pengabdian yang tinggi kepada Allah dan Rasul-Nya, ia selalu siap siaga menghadapi segala rintangan. Satu-satunya hal yang menjadi keinginannya siang dan malam, hanyalah ingin memperoleh keridhaan Allah dan Rasul-Nya.

Kesenangan hidup duniawi baginya tidak penting dibandingkan dengan cinta dan ridha dari Allah dan Rasul-Nya yang dijanjikan untuk hamba-Nya yang berani hidup di atas jalan kebenaran. Berkali-kali imannya yang teguh diuji oleh Rasulullah SAW. Setiap kali diuji, setiap kali itu juga Imam Ali lulus dengan meraih nilai yang sangat tinggi.

Ujian pertama yang maha berat adalah yang terjadi pada saat Rasulullah SAW menerima perintah Allah SWT agar berhijrah ke Madinah. Seperti diketahui, di satu malam yang gelap gulita, komplotan kafir Quraisy mengepung rumah Rasulullah SAW dengan tujuan hendak membunuh beliau, bilamana beliau meninggalkan rumah.

Dalam peristiwa ini, Imam Ali memainkan peran besar. Belaiu diminta oleh Rasulullah SAW agar tidur di atas ranjang beliau dan menutup tubuhnya dengan selimut beliau untuk mengelabui mata orang-orang Quraisy. Tanpa tawar-menawar, Imam Ali menyanggupinya. Ia menangis bukan mencemaskan nyawanya sendiri, tetapi karena khawatir keamanan Rasulullah SAW yang saat itu berkemas-kemas hendak berhijrah meninggalkan kampung halaman.

Melihat Imam Ali menangis, maka Rasulullah bertanya, Mengapa engkau menangis? Apakah engkau takut mati?

Imam Ali ra dengan tegas menjawab, Tidak, ya Rasulullah! Demi Allah yang mengutusmu membawa kebenaran, aku sangat khawatir terhadap dirimu. Apakah Anda akan aman, ya Rasulullah?

Ya , jawab Nabi Muhammad SAW dengan tidak ragu-ragu. Mendengar kata-kata yang pasti dari Rasulullah SAW., Imam Ali terus berkata, Baiklah, aku patuh dan kutaati perintahmu. Aku rela menebus keselamatan anda dengan nyawaku, ya Rasulullah!

Imam Ali ra segera menghampiri katil Rasulullah SAW kemudian menggunakan selimut beliau untuk menutupi tubuhnya. Ketika itu orang-orang kafir Quraisy sudah mulai berdatangan di sekitar rumah Rasulullah SAW dan mengepungnya dari setiap penjuru.

Dengan perlindungan Allah SWT dan sambil membaca ayat 9 surat Yasin, beliau keluar tanpa diketahui oleh orang-orang yang sedang mengepung dan mengintip. Orang-orang Quraisy itu menyangka, bahwa orang yang sedang berbaring dan berselimut itu pasti Nabi Muhammad SAW. Mereka yang mengepung itu mewakili suku-suku kabilah Quraisy yang telah bersepakat hendak membunuh Nabi Muhammad SAW dengan pedang secara serentak. Dengan cara demikian, tidak mungkin Bani Hasyim dapat menuntut balas.

Imam Ali tahu apa kemungkinan yang akan menimpa dirinya yang tidur di ranjang Rasulullah SAW. Hal itu sama sekali tidak membuatnya sedih atau takut. Dengan kesabaran yang luar biasa beliau berserah diri kepada Allah SWT. Ia yakin, bahawalah Dialah yang menentukan segala-galanya.

Menjelang subuh, Imam Ali bangun. Gerombolan Quraisy terus menyerbu masuk ke dalam rumah. Dengan suara membentak mereka bertanya, Mana Muhammad? Mana Muhammad?

Aku tak tahu di mana Muhammad berada! jawab Imam Ali dengan tenang.
Gerombolan Quraisy itu segera mencari-cari di seluruh rumah itu. Usaha mereka sia-sia belaka. Suku-suku kafir Quraisy itu benar-benar kecewa. Mana Muhammad? Mana Muhammad? mereka mengulangi pertanyaan.
Apakah kamu semua melantik aku menjadi penjaganya? ujar Imam Ali dengan nada olok-olokan.
Bukankah kamu semua berniat mengeluarkannya dari negeri ini? Sekarang dia sudah keluar meninggalkan kamu semua!

Ucapan Imam Ali sungguh-sungguh menggambarkan ketabahan dan keberanian hatinya. Cahaya pedang terhunus yang berkilauan, sama sekali tidak dihiraukan, bahkan orang-orang Quraisy itu dicemuhkan. Seandainya ada seorang saja dari gerombolan itu mengayunkan pedang ke arah Imam Ali , entahlah apa yang terjadi. Tetapi Allah tidak menghendaki hal itu.

Keesokan harinya, Imam Ali berkemas-kemas mempersiapkan segala kebutuhan untuk berangkat membawa beberapa orang wanita Bani Hasyim, terutama Siti Fatimah ra menyusul perjalanan Nabi Muhammad SAW dalam hijrahnya ke Madinah.

Rombongan Imam Ali berangkat secara terang-terangan di siang hari. Setibanya di Dhajnan, terjadi kondisi yang sungguh mencemaskan antara kaum muslimin dan kaum musyrikin. Puak musyrikin telah berusaha mencegah rombongan Imam Ali dari meninggalkan Kota Mekah.

Imam Ali yang ketika itu berusia 26 tahun, merupakan orang pertama yang menghunus pedang untuk mematahkan upaya bersenjata orang-orang kafir Quraisy. Dengan beraninya, ia mengayunkan pedang ke arah seorang musyirikin bernama Jenah yang berada di atas kudanya. Terbelahnya tubuh Jenah menjadi dua. Terlihat saat itu, larinya 7 orang dari pasukan berkuda Quraisy yang sebelum itu mengejar rombongan Imam Ali. Dengan keberanian Imam Ali itu, selamatlah rombongan kaum muslimin itu.

Ketika terjadi Perang Badar, yang merupakan perang pertama yang terpaksa diharungi oleh kaum muslimin menghadapi musuh yang jauh lebih besar jumlahnya, untuk pertama kalinya panji perang Rasulullah SAW berkibar di medan pertempuran. Orang yang diberi kepercayaan memegang panji yang melambangkan tekad perjuangan menegakkan agama Allah SWT itu adalah Imam Ali bin Abi Thalib.

Tanpa pengalaman perang sama sekali dan dengan kekuatan tim yang hanya sepertiga kekuatan musuh, pasukan muslimin dengan iman yang teguh berhasil menciptakan sejarah yang sangat menentukan perkembangan Islam seterusnya. Senjatan kaum muslimin waktu itu bisa dibilang dengan jari. Tentara muslimin juga tidak memiliki pasukan berkuda dan penunggang unta, yaitu pasukan yang dipandang paling ampuh pada masa itu. Begitu juga jumlah kuda dan unta berbanding jumlah pasukan yang ada, sehingga seekor unta ditunggang oleh dua hingga empat secara bergantian. Hanya ada seekor kuda yang tersedia, yaitu yang ditunggang oleh Miqdad bin Al Aswad Al Kindiy. Itulah kekuatan lahiriah pasukan Rasulullah SAW di dalam perang Badar

Dalam perang Badar itu pasukan muslimin tidak sedikit yang menerjang musuh hanya dengan senjata-senjata tajam yang sangat sederhana. Sedangkan musuh yang dilawan mempunyai senjata lengkap dengan kuda-kuda tunggangan dan unta-unta. Tetapi sebenarnya kaum muslimin memiliki senjata yang lebih ampuh dibandingkan lawannya, yaitu kepemimpinan Rasulullah SAW dan kepercayaan kuat bahwa Allah pasti akan memberikan pertolongan-Nya. Allahu Akbar.

Ketika peperangan mulai berkobar, Imam Ali bersama Hamzah bin Abdul Muthalib dan beberapa orang lainnya, berada di garis depan. Pada tangan Imam Ali ra berkibar panji perang Rasulullah SAW. Ia terjun ke medan perang menerjang pasukan musuh yang jauh lebih besar dan kuat. Dalam perang ini untuk pertama kalinya kalimat Allahu Akbar berkumandang menyuburkan tekad pasukan muslimin. Saat itu terdengar suara musuh menentang, Wahai Muhammad, suruhlah orang-orang yang berwibawa yang berasal dari Quraisy supaya tampil!

Mendengar tantangan itu, laksana singa lapar, Imam Ali ra meloncat mara ke depan mendekati suara yang menantang itu. Terjadilah perang satu lawan satu antara Imam Ali ra dengan Al Walid bin Utbah, saudara Hindun isteri Abu Sufyan. Dalam pertempuran yang sengit itu, Al Walid mati di ujung pedang Imam Ali . Dalam perang Badar ini, 70 orang tim kafir Quraisy mati terbunuh, dan hampir separuhnya mati di ujung pedang Imam Ali Selain itu, lebih dari 70 orang pemuka Quraisy berhasil ditawan dan dibawa ke Madinah. Perang Badar yang berakhir dengan kemenangan kaum muslimin itu merupakan fajar pagi yang menandai sinar agama Allah SWT akan mulai memenuhi bumi.

Dalam peperangan yang kedua yakni Perang Uhud, Rasulullah SAW menyerahkan panji kaum muhajirin kepada Imam Ali ra Sedangkan panji kaum Anshar diserahkan kepada salah seorang di antara mereka sendiri. Perang Uhud terkenal dalam sejarah sebagai peperangan yang amat gawat. 700 pasukan muslimin harus berhadapan dengan 3000 pasukan kafir Quraisy yang dipersiapkan dengan pasokan dan senjata serba lengkap. Selain itu diperkuat pula dengan pasukan wanita di bawah pimpinan Hindun binti Utbah, istri Abu Sufyan bin Harb, untuk memberikan dorongan moral agar orang-orang kafir Quraisy jangan sampai lari meninggalkan medan perang.

Untuk menghadapi kaum musyrikin yang sudah memusatkan kekuatan di Uhud, pasukan muslimin di bawah pimpinan Rasulullah SAW menuju ke tempat itu, dengan melalui jalan singkat sehingga gunung Uhud berada di belakang mereka. Kemudian Rasulullah SAW mulai mengatur barisan. 50 orang tim pemanah ditempatkan di sebuah lembah di antara dua bukit. Kepada mereka diperintahkan menjaga tim yang ada di belakang mereka. Ditekankan jangan sampai meninggalkan tempat, walau dalam keadaan apa sekalipun. Sebab hanya dengan senjata panah sajalah serbuan pasukan berkuda musuh dari belakang dapat ditahan.

Perang Uhud mulai berkobar dengan tampilnya Imam Ali ke depan menghadapi tantangan Thalhah bin Abi Thalhah yang menantang dengan suara lantang, Siapakah yang akan ke depan berlawan satu dengan satu?

Seperti api disiram dengan minyak, semangat Imam Ali membara. Dengan hayunan langkah tegap dan tenang, serta sambil mengetap giginya, ia mara dengan pedang terhunus. Baru saja Thalhah bin Abi Thalhah menggerakan tangan hendak menghayun pedang, secepat kilat pedang Imam Ali ra Dzul Fikar menyambarnya hingga terbelah dua. Betapa bangga Rasulullah SAW menyaksikan ketangkasan putera pamannya itu. Ketika itu kaum muslimin yang menyaksikan ketangkasan Imam Ali mengumandangkan takbir masing-masing.

Dengan tewasnya Thalhah bin Abi Thalhah, pertarungan sengit berkecamuk antara dua tim. Sekarang Abu Dujanah tampil dengan memakai ikatan maut di kepala dan pedang terhunus di tangan kanan yang baru saja diserahkan oleh Rasulullah SAW kepadanya. Dia seorang yang sangat berani. Laksana harimau keluar dari semak belukar ia maju menyerang musuh dan membunuh siapa saja dari kaum musyrikin yang berani mendekatinya. Bersama Abu Dujanah, Imam Ali menghuru-harakan barisan musuh.

Dalam pertempuran ini, Hamzah bin Abdul Mutalib tidak kalah semangat dibanding dengan putera saudaranya sendiri, Imam Ali dan Abu Dujanah. Hamzah begitu lincah dan tangkas menerobos pasukan musyrikin dan menewaskan setiap orang yang berani menghampiri. Ia terkenal sebagai pahlawan besar dalam menghadapi musuh. Sama seperti dalam perang Badar, dalam perang Uhud ini, Hamzah benar-benar menjadi singa dan merupakan pedang Allah yang sangat ampuh. Banyak musuh yang mati di ujung pedangnya.

Dalam pertempuran antara 700 pasukan muslimin melawan 3000 pasukan musyrikin itu, kita saksikan gabungan kekuatan spiritual dan lahiriah Imam Ali ,Hamzah dan Abu Dujanah. Suatu kekuatan yang membuat tim Quraisy menderita.

Sayang seribu kali sayang. Ketika tentara Muslimin hampir menang, mereka tergoda dengan harta rampasan yang banyak. Tim memanah terlupakan pesanan Rasulullah SAW agar tidak meninggalkan posisi mereka. Mereka turun dari bukit untuk mengambil harta-harta yang ditinggalkan tentara musyrikin. Waktu itulah pihak musuh kembali menyusun barisan dan memulai serang ke atas tentara Islam yang sedang terleka.

Keadaan kembali gawat. Barisan tentara Islam telah bercerai-berai, terpisah dari pimpinan Rasulullah SAW. Di saat-saat genting itu, Imam Ali kwj dan para Sahabat lainnya segera melindungi Rasulullah SAW. Dengan segenap kekuatan yang ada, mereka menangkis setiap serangan yang datang demi menyelamatkan Rasulullah SAW. Semua sudah bertekad untuk mati syahid, lebih-lebih lagi setelah melihat Rasulullah SAW terkena lemparan batu besar yang dilemparkan oleh Utbah bin Abi Waqash. Akibat lemparan batu itu, geraham Rasulullah SAW patah, wajahnya pecah-pecah, bibirnya luka parah dan dua kepingan rantai topi besi melindungi wajah beliau menembus pipinya.

Setelah dapat menguasai diri kembali, Rasulullah SAW berjalan perlahan dikelilingi oleh sejumlah Sahabat. Tiba-tiba beliau terperosok ke dalam sebuah liang yang sengaja digali oleh Abu Amir untuk menjebak pasukan muslimin. Imam Ali kwj bersama beberapa orang Sahabat lainnya cepat-cepat mengangkat beliau. Kemudian dibawa naik ke gunung Uhud untuk diselamatkan dari diburu musuh. Di celah-celah bukit, Imam Ali kwj mengambil air untuk membasuh wajah Rasulullah SAW dan menyirami kepala beliau. Dua buah kepingan rantai besi yang menancap dan menembus pipi beliau dicabut oleh Abu Ubaidah bin Al Jarrah dengan giginya, sehingga dua batang gigi depannya tertanggal.

Demikian sebagian string perjuangan Imam Ali yang turut terjun ke medan perang bersama Rasulullah SAW. Imam Ali terkenal sebagai seorang yang sangat pemurah. Sewaktu hidupnya, beliau yang miskin, sangat suka membantu janda-janda dan anak-anak yatim tanpa pengetahuan mereka. Ia selalu meletakkan makannan di pintu-pintu rumah mereka di waktu malam.

Setelah beliau meninggal, barulah mereka tahu bahwa selama ini mereka mendapat makanan dari Imam Ali karena setelah beliau miliki maka mereka tidak lagi mendapat makanan di pintu rumah mereka.

Imam Ali adalah seorang Sahabat Rasulullah SAW yang sangat cerdik dan luas ilmunya. Rasulullah SAW pernah menyebut bahwa Imam Ali adalah gudang ilmu. Setelah beberapa hari Khalifah ketiga yakni Khalifah Uthman Ibnu Affan maka Imam Ali diangkat sebagai Khalifah keempat.

Kata Imam Ali: Allah SWT mengetahui betapa aku tidak suka memimpin pemerintahan atau memegang kekuasaan di kalangan umat Nabi Muhammad SAW sebab aku mendengar sendiri beliau bersabda, "Tidak ada seorang penguasa pun yang memerintah umatku, yang kelak tidak akan dihadapkan ke rakyatnya, untuk diperlihatkan catatan -catatan perbuatanya. Jika dia seorang yang adil, maka selamatlah. Tapi jika dia seorang yang lalim, akan tergelincirlah ke dalam neraka.

Allah SWT menakdirkan Imam Ali meninggal pada 17 Ramadhan tahun 40 Hijrah. Ketika ia sedang berjalan menuju ke masjid untuk salat Subuh, tiba-tiba muncul Abdurrahman bin Muljam dengan pedang terhunus. Pedang itu telah melukai Imam Ali dengan parah hingga ia rebah.

Imam Ali kemudian telah diusung pulang ke rumahnya oleh Sahabat. Ketika itu banyak yang ingin membalas dendam tetapi Imam Ali sendiri dengan lapang dada dan ikhlas langsung tidak menyebut tentang balas dendam. Umat Islam merasa sedih melihat kondisi sayyidina Ali yang semakin lemah.

Imam Ali tahu bahwa sudah hampir masanya untuk beliau menyusuli Rasulullah SAW dan tiga orang Khalifah baginda sebelum ini.
Dalam keadaan sangat yang sungguh berat itu, Sayyidina Ali sempat berwasiat:

Ku wasiatkan kepada kamu supaya tetap bertaqwa kepada Allah. Janganlah kamu mengejar-ngejar dunia walau dunia mengejar kamu dan janganlah menyesal jika ada sebahagian dunia itu terlepas darimu. Hendaklah kamu mengatur baik-baik urusan kamu dan jagalah hubungan persaudaraan antara kalian. Ketahuilah, pertengkaran itu merosakkan agama dan ingatlah bahawa tidak ada kekuatan apa pun selain atas perkenan Allah. Perhatikan anak-anak yatim agar jangan sampai mereka kelaparan dan jangan sampai kehilangan hak. Perhatikan Al Quran, jangan sampai kamu mendahulukan orang lain dalam mengamalkannya. Perhatikan tetangga kamu sebab mereka adalah wasiat Nabi kamu.


DAFTAR PUSTAKA

1.    Harun Nasution, Prof,  Sejarah Kebudayaan Islam., Jakarta 1997
2.    Sejarah Khulafaur Rasidin, Kisah hidup dan Perjuangannya. Balai Pustaka, Jakarta. 1999
3.    Sumber Islami lainnya.


























Tidak ada komentar:

Posting Komentar