".....orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram" (13:28) ".........(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna,kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih..(29:88-89)

Selasa, 15 Januari 2013

Rasullullah Pemimpin Dambaan Umat

Rasululloh saw. membangun dunia dalam waktu kurang dari 23 tahun. Pada saat itu , wajah bumi demikian semrawutnya, sehingga yang salah menjadi rujukan, sementara kebenaran menjadi tabu. Rasululloh saw. berhasil mengembalikan kepada fitrahnya kembali. Yakni kebenaran harus menjadi pijakan dan kesalahan harus disingkirkan . Apa rahasia dibalik keberhasilan beliau ?... 
Kita mafhum, wajah dunia pra Islam, adalah wajah yang penuh dengan bopeng, buruk tingkah laku penghuninya, serta rusak akhlak para pemimpin dan rakyatnya....
Kemudian Rasululloh saw. hadir dengan segala kesahajaannya, dirubahnya bopeng dunia ini menjadi wajah yang indah, dimana para penghuninya selalu menebar senyum ketika bertemu, saling bertegur sapa jika berjumpa, berjabat tangan menjadi kebiasaan, sopan dalam pergaulan, santun dalam segala tingkah laku perbuatan...pada hal sebelumnya para penghuni dunia ini, penuh dengan kebencian bila tidak sepaham satu sama lain, saling dendam bila tak menemukan kata sepakat untuk berdamai, permusuhan antar suku menjadi tradisi, maksiat menjadi ta’biat, harta kekayaan menjadi dewa yang dipertuhankan, perbudakan merajalela, sehingga harga manusia jelata tak berarti sama sekali, dan anak perempuan adalah aib, sehingga  bergelimpangan mayat-mayat anak perempuan  tak berdosa......
Namun Rasululloh saw.  , dengan kekuatan keyakinannya yang kuat akan ke Maha Besar an Alloh, beliau membalikan keadaan semuanya menjadi wajah dunia yang aman, penuh dengan kedamaian, harkat dan martabat manusia kembali diangkat ditempatkan sesuai dengan fitrahnya, dihapuskannya perbudakan, dilenyapkannya dendam dan permusuhan antar suku, ditempatkannya manusia dengan tolok ukur ketakwaannya kepada Alloh.
Ada beberapa hal yang sangat berharga , yang patut kita telaah tentang keberhasilan Baginda rasululloh saw. dalam membangun  bumi ini.
Mempelajari kehidupan Nabi Muhammad terutama dalam membangun masyarakat Madinah, lebih-lebih pada saat bangsa ini menghadapi berbagai persoalan yang cukup rumit dan komplek, adalah sangat penting. Siapapun kiranya akan merasa sedih menyaksikan berbagai problem bangsa yang tidak mudah diselesaikan ini. Kasus-kasus korupsi yang dianggap sebagai musuh bersama belum surut, ditambah dengan berbagai jenis problem lainnya seperti mafia pajak, mafia peradilan, mafia anggaran, konflik antar elite, kasus-kasus penyuapan, problem TKI, penyalah gunaan obat terlarang, pengangguran, dan masih banyak lagi lainnya.
Berbagai persoalan bangsa tersebut seolah-olah tidak ada habis-habisnya. Kasus-kasus lama belum terselesaikan, maka kasus baru muncul. Bangsa ini menjadi sangat kaya masalah. Semua menuntut pemerintah agar segera menyelesaikannya. Pemerintah dianggap menjadi kekuatan yang harus menyelesaikan semua masalah itu. Pemerintah terlambat sedikit saja dalam memberikan perhatian, maka segera muncul komentar dan protes dari masyarakat. Siapapun tentu tidak mudah menyelesaikan berbagai persoalan itu
Dalam banyak hal, keadaan bangsa ini terasa mirip dengan masyarakat yang dihadapi oleh Rasulullah pada awal menjalankan misinya. Pada saat itu, bangsa Arab dikenal sebagai bangsa jahiliyah. Mereka terdiri atas kabilah-kabilah yang selalu berebut pengaruh, kekuasaan, dan juga ekonomi. Mereka yang kaya dan kuat tidak mau menolong yang miskin, malahan menjadikan mereka sebagai budak. Harkat dan martabat manusia tidak dihargai, apalagi orang-orang miskin, kaum perempuan, anak yatim, dan yang terlantar lainnya.
Keadilan ketika itu tidak pernah mendapatkan perhatian. Siapa yang kuat, mereka itulah yang menang. Ilmu pengetahuan tidak mendapatkan perhatian dan apalagi dihargai. Orang lebih menghargai uang dan kekuasaan. Orang–orang miskin tidak dihargai, dan diperintah apa saja dilaksan akan, sekalipun hanya diberi imbalan seadanya. Bahkan orang-orang miskin diperdagangkan. Mereka dianggap sebagai komoditas yang bisa diperjual belikan. Ketika itu, menurut riwayat, terdapat pasar yang khusus digunakan sebagai tempat jual beli budak. Harkat dan martabat manusia sedemikian rendahnya.
Masyarakat seperti digambarkan itu ternyata berhasil dibangun oleh Rasulullah, dan akhirnya menjadi masyarakat yang ideal. Sekalipun masyarakat Madinah terdiri atas berbagai kelompok, dan bahkan juga agama, melalui Piagam Madinah, mereka berhasil dipersatukan. Perbedaan tidak menjadi halangan untuk saling bersatu dan tolong menolong. Nabi ketika itu menjadi kekuatan pemersatu, dan sekaligus tauladan kehidupan secara utuh dan sempurna, baik terkait spiritual, intelektual, dan perilakunya sehari-hari.
Apa saja yang dilakukan oleh nabi ketika membangun masyarakat Madinah, di antaranya adalah sebagai berikut : Pertama, Nabi Muhammad mempersatukan antara kaum Muhajirin dan kaum Anshar. Sekalipun mereka berasal dari kelompok yang berbeda, semuanya berhasil dipersatukan secara kokoh. Persatuan di antara mereka tidak sebatas menyentuh aspek lahir, melainkan juga menyangkut hal yang lebih dalam, yaitu aspek batin. Persatuan juga dibangun di antara umat yang berbeda agamanya, yaitu di antara kaum muslimin dan mereka yang beragama Yahudi dan nasrani, melalui apa yang disebut dengan Piagam Madinah. Langkah mempersatukan umat dipandang sebagai kunci keberhasilan dalam membangun masyarakat.
Kedua, sebagai seorang pemimpin, nabi menyandang sifat mulia, yaitu siddiq, amanah, tabligh dan fathonah. Nabi menjadi sosok manusia yang tindakannya selalu benar. Itulah sifat siddiq yang disandang oleh Rasulullah. Nabi juga selalu menjaga amanah. Apa saja yang dikatakan dan dikabarkan oleh nabi selalu benar. Nabi Muhammad selalu menyampaikan nilai-nilai, pandangan, dan bahkan wahyu yang diterima dari Allah melal ui Malaikat Jibril. Tidak ada wahyu yang diterima dan kemudian disimpan atau dirahasiakan. Wahyu yang datang dari Allah selalu disampaikan kepada para sahabatnya, dan bahkan diminta untuk dicatat dan dihafalkannya. Nabi juga sebagai seorang yang cerdas atau fathonah.
Ketiga, bahwa tatkala membangun masyarakat, nabi memulainya dari dirinya sendiri, dan berlanjut pada keluarga, para sahabatnya dan kemudian akhirnya ditiru oleh masyarakat pada umumnya. Nabi di dalam menggerakkan shalat berjamaáh misalnya, memulainya dari dirinya sendiri. Nabi dalam berbagai riwayat, tidak pernah shalat fardhu sendirian . Rasulullah selalu shalat di masjid dan berjamaáh. Apa yang dikatakan oleh Nabi, maka itulah yang dijalankannya. Itulah sebabnya utusan Allah ini, dikenal sebagai uswah hasanah atau tauladan yang baik.
Keempat, Nabi membangun masjid. Tempat suci itu, selain digunakan untuk shalat berjamaáh, juga digunakan sebagai tempat melakukan kegi atan sosial, baik terkait dengan pendidikan, ekonomi, hukum, sosial dan lain-lain. Masjid dijadikan sebagai tempat bertemu bagi semua orang. Persoalan apa saja yang dihadapi, akan selesai jika dibawa dan diselesaikan di masjid. Masjid benar-benar menjadi rumah bersama, baik dalam kegiatan ritual, intelektual ——sebagai tempat musyawarah dan membagi pengetahuan, maupun kegiatan sosial.
Kelima, Nabi memiliki sahabat-sahabat yang terpercaya. Mereka sepenuh hati dalam mencintai dan mendukung perjuangan nabi dalam semua hal. Mereka mengikuti nabi baik dalam suka dan duka. Para sahabat itu sepenuhnya taat dan menjalankan apa saja yang diperintahkan oleh Rasulullah. Mereka disatukan oleh ikatan kasih sayang yang mendalam. Di antara mereka saling mencintai sesame, dan saling memperkukuh, tolong menolong, dan saling menghargai. Ikatan kekeluargaan dan kebersamaan itulah yang memperkukuh, hingga masyarakat Madinah menjadi sebuah masyarakat yang bersatu dan kokoh.
Perilaku saling menyalahkan, menghujat, menghina, dan apalagi menjatuhkan tidak pernah terjadi. Di antara mereka terbangun sebuah persaudaraan dan persahabatan yang kokoh. Prinsip-prinsip itulah di antaranya yang dibangun oleh Nabi, hingga berhasil mengubah dari semula masyarakat jahiliyah menjadi berakhlak mulia dan beradab. Tentu, bilamana prinsip-prinsip tersebut, dijalankan oleh pemimpin bangsa ini, maka problem seberat apapun akan terselesaikan. Itulah sebenarnya, tawaran Islam dalam membangun masyarakiat ideal. Namun persoalannya adalah, berani dan mampukah para pemimpin bangsa ini menjalankannya ?









Tidak ada komentar:

Posting Komentar