".....orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram" (13:28) ".........(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna,kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih..(29:88-89)

Kamis, 13 Oktober 2011

Indahnya Sabar

Sesungguhnya kesabaran bermakna merespon apapun Kehendak Alloh dengan mengembalikan segala urusan hanya milik-Nya dan senantiasa berupaya agar apapun hasilnya menjadi sikap yang terbaik. Hal tersebut dicontohkan oleh nabiyulloh Hud as. ketika umatnya mencemooh dan menolak untuk mengikuti ajakan beliau.
قَالَ الْمَلأ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَوْمِهِ إِنَّا لَنَرَاكَ فِي سَفَاهَةٍ وَإِنَّا لَنَظُنُّكَ مِنَ الْكَاذِبِينَ
قَالَ يَا قَوْمِ لَيْسَ بِي سَفَاهَةٌ وَلَكِنِّي رَسُولٌ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ
أُبَلِّغُكُمْ رِسَالاتِ رَبِّي وَأَنَا لَكُمْ نَاصِحٌ أَمِينٌ
“ Pemuka-pemuka yang kafir dari kaumnya berkata: "Sesungguhnya kami benar benar memandang kamu dalam keadaan kurang akal dan sesungguhnya kami menganggap kamu termasuk orang orang yang berdusta." Hud herkata "Hai kaumku, tidak ada padaku kekurangan akal sedikitpun, tetapi aku ini adalah utusan dari Tuhan semesta alam. Aku menyampaikan amanat-amanat Tuhanku kepadamu dan aku hanyalah pemberi nasehat yang terpercaya bagimu." (QS. Al ‘Araf 66-68)

            Umpatan dan cemooh orang-orang yang bodoh dari kalangan kaum Nabi Hud as., sama sekali tidak mengurangi kesabaran beliau. Sebab jauh sekali bedanya antara manusia pilihan Alloh yang berada di puncak kebajikan dan ketaatan  dengan orang-orang yang merusak fikiran dan jiwa meraka sendiri dengan menyembah batu-batuan yang dianggapnya akan  mendatangkan mudhorat dan  manfaat. Bagaimana mungkin seorang “Maha Guru” seperti beliau itu akan tertusuk hatinya oleh omongan orang-orang picik mereka?
            Rasululloh Saw., mengajar para sahabatnya supaya mereka memiliki kesabaran dan kesanggupan mengendalikan diri. Dalam sebuah riwayat :
            “Pada suatu hari datanglah seorang Arab badui kepada Rasul Alloh Saw., untuk meminta sesuatu. Beliau memberi apa yang dimintanya sambil bertanya: “Bukankah aku telah baik kepadamu?’ Orang Arab badui itu menjawab: Tidak, engkau tidak berbuat baik!’ Mendengar jawaban itu kaum muslimin yang hadir bangkit hendak memukulinya, tetapi segera dicegah oleh Rasul Alloh Saw. Beliau berdiri kemudian masuk kedalam rumah, lalu memberi tambahan kepada orang Badui itu, seraya bertanya:’Bukankah aku telah berbuat baik kepadamu?’       Orang Badui itu menyahut .....
Ya, mudah-mudahan Alloh membalas kebaikan anda sekeluarga’ Kepada orang Badui itu Rasul Alloh bertanya:’ Engkau tadi telah megucapkan kata-kata yang membuat para sahabatku merasa tersinggung.’ Jika engkau mau, ucapkanlah kembali apa yang kau katakan kepadaku sekarang ini di depan mereka , agar kejengkelan mereka kepada dirimu lenyap dari dadanya.’
        Kesesokan harinya orang Arab Badui itu datang lagi. Kepada para sahabat beliau bersabda:’ Orang Badui ini kemarin berkata sebagaimana yang telah kalian dengar, kemudian kuberikan kepadanya, dan sekarang ia sudah puas, bukankah begitu hai Arab badui?’ orang Badui itu menyahut:”Ya benar, mudah-mudahan Alloh membalas kebaikan anda sekeluarga!
Setelah itu Rasul Alloh menambahkan:’ Aku dan dia ibarat seorang yang mempunyai seekaor unta yang lepas dan lari kabur. Banyak orang mengejarnya, tetapi makin dikejar unta itu makin jauh. Pemilik unta itu kemudian berteriak kepada orang-orang yang membantu mengejar untanya”’ Biarkan saja unta itu! Aku dapat menjinakkan dia karena aku lebih mengenalnya daripada kalian!’ Dia lalu mendekati untanya, diambilnya rerumputan dari tanah dan diacung-acungkanya sehingga unta itu kembali. Unta itu disuruh jongkok, lau ia duduk di atas punggungnya.
‘Jika kemarin kalian kubiarkan bertindak terhadap orang itu (Arab Badui) karena ia mengucapkan perkataan yang tidak enak didengar , lantas dia kalian bunuh, dia tentu masuk neraka........!

                Rasululloh Saw., sebagai orang yang terkenal sangat sabar tidak terperanjat apalagi membalas keburukan orang ketika  menghadapi kekasaran seorang Arab Badui. Beliau mengetahui karakter suku bangsa itu yang dikenal sebagai watak keras, kasar  dan mudah berbuat keburukan. Orang-orang seperti itu seandainya cepat dijatuhi hukuman, maka hukuman yang dijatuhkan itu bukansuatu kezhaliman. Akan tetapi manusia besar yang berusaha memperbaiki masyarakat tidak akan menghadapi keadaan kaum awam dengan cara-cara sepahit itu. Mereka melapangkan dada selebar-lebarnya dan bersabar terhadap orang-orang yang berperangai kasar, dengan maksud mendidik agar orang-orang seperti itu biasa bebicara dan berbuat baik. Kebijaksanaan seperti itu tak ternilai besarnya, jauh lebih besar daripada pemberian seorang dermawan. Apalah artinya uang dibanding dengan kearifan sebagai milik manusia yang paling berharga !
                Adakalanya Rasululloh Saw. marah, tetapi kemarahan beliau berada di dalam batas-batas yang wajar. Yang jelas diketahui dari sejarah perilakunya, beliau tidak pernah melakukan pembalasan karena kepentingan pribadinya. Beliau marah hanya terhadap perbuatan-perbuatan yang melanggar larangan Alloh. Terhadap seperti itulah beliau mengambil tindakan.
                Pada suatu ketika di saat beliau sedang membagi-bagikan harta ghanimah, ada seorang badui yang berperangai kasar berkata kepada Beliau:” Bagilah dengan adil! Pembagian itu tidak seperti yang dikehendaki Alloh!”  Jawaban yang beliau berikan kepada orang Badui itu tidak lebih dari hanya menjelaskan apa yang dimengerti olehnya, memperingatkannya dan menyinggung apa yang telah dikatakannya. Beliau menjawab:”Celakalah engkau, siapa yang telah berbuat adil jika aku sendiri tidak berbuat adil? Jika aku berbuat tidak adil engkau akan kecewa dan rugi!’  Pada saat itu ada beberapa orang sahabat yang tertusuk perasaannya, bermaksud hendak menyerang dan membunuh orang badui itu, tetapi oleh Rasululloh dapat dicegah.
                Rasululloh saw  menyampaikan khutbah yang antara lain beliau bersabda:
Di kalangan manusia terdapat orang-orang yang tidak cepat marah dan cepat kembali tenang, ada yang cepat marah dan cepat kembali tenang, ada yang tidak cepat marah dan tidak cepat tenang. Masing-masing berlainan. Ada juga di antara mereka yang tidak cepat kembali tenang dan cepat marah. Yang terbaik di antara mereka adalah yang tidak cepat marah dan cepat kembali tenang, dan yang terburuk  di antara mereka itu ialah yang cepat marah dan tidak cepat kembali tenang.
Di antara mereka itu terdapat  pula orang-orang yang yang memberi dengan baik dan meminta dengan baik. Ada juga yang tidak memberi dengan baik dan meminta dengan baik. Masing-masing berlainan. Ada pula di antara mereka yang tidak memberi dengan baik dan tidak meminta dengan baik. Yang terbaik di antara mereka itu ialah yang memberi dengan baik dan meminta dengan baik. Yang terburuk di antara mereka itu ialah yang tidak memberi dengan baik dan tidak meminta dengan baik. Marah adalah bara api di dalam hati anak adam. Bukankah kalian melihat sendiri matanya yang kemerah-merahan dan urat lehernya yang menggelembung? Barangsiapa merasakan sesuatu mengenai hal itu hendaknya ia segera melekatkan diri pada tanah (tetap duduk ditempatnya) (HR.AtTirmidzi)
            Manakala orang sudah terbakar oleh api amarah, di luar kesadaran dan dicekam emosinya ia akan membuat rusak berbagai persoalan dan tidak memberi kesempatan kepada orang lain untuk memperbaikinya. Hadits di atas menguraikan tentang beberapa jenis perangai dan kedudukan orang-orang yang bersangkutan menurut urutan keutamaannya masing-masing. Dan bagi setiap orang beriman wajib menempatkan diri di tempat yang semestinya.
Maka jika iman bertambah mantap di dalam hati, bertambah pula kesabaran seseorang dan kesukaannya memberi maaf kepada orang lain. Ia pun akan lebih mampu membuang rasa amarah dan nafsu hendak mencelakakan orang lain yang berbuat salah terhadap dirinya.
Wallohu’alam bishowab.... 
( Team Kreatif Qolbun Salim  untuk Panji Al Ikhlash .2006)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar